Tulisan ini saya buat karna ketertarikan saya terhadap ajaran Marhaenisme. Dalam tulisan ini terlebih dahulu mungkin saya akan jelaskan apa itu Marhaenisme, Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme, Apa itu Marhaenisme Menurut Saya dan apa itu Masyarakat Marhaenis hingga cara mewujudkannya. Penjelasan-penjelasan tersebut saya rangkum dari buku-buku tulisan serta rangkuman pidato-pidato Ir. Soekarno, yang dimana Bung karno sendiri adalah Bapak Marhaenisme yang akhirnya menelurkan beberapa "Mahakarya" yang saya baca, mulai dari Marhaenisme, Marhaenisme Adalah Teori Perjuangan, Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme, Indonesia Menggugat, Dibawah Bendera Revolusi, Mentjapai Indonesia Merdeka, sampai dengan Sarinah dan Wanita Bergerak, dimana Buku-buku dan pidato-pidato tersebut menurut saya "Tipis di isi tebal di makna".
Marhaenisme
Penamaan dari Marhaenisme sendiri berasal dari suatu kisah dimana Bung Karno yang mendatangi seorang petani di suatu tempat di Jawa Barat. pada mulanya Bung Karno bertanya kepada petani tersebut "Punya siapakah ladang yang kau usahakan ini?" tanyanya, "Punya saya sendiri tuan" Jawab petani tersebut. Bung Karno balik bertanya "Untuk alat-alat pertanian seperti cangkul, pacul dan lain-lainnya, punya siapakah ini?" Tanya Bung Karno. "ini semuanya milik saya tuan" jawab petani tersebut. Akhirnya Bung Karno bertanya "Siapakah namamu" Katanya, "Marhaen tuan" jawabnya. Dari kisah tersebut sekilas dapat kita pahami bahwa Marhaenisme adalah Sosialismenya Indonesia yang penamaannya sendiri berasal dari seorang petani yang mandiri dalam mengurus lahannya sendiri dengan alat produksi sendiri serta dikonsumsi sendiri. Lebih daripada itu dalam buku Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme dijelaskan bahwa Marhaenisme adalah ideologi yang tidak cuma berkutik di dalam tataran kaum burjois dan proletar tetapi juga termasuk di dalamnya kaum-kaum kecil, seperti penyedia jasa kecil, pedagang kecil dan kaum termarjinalkan lainnya. Bung Karno menghadirkan Marhaenisme sebagai pembeda dari proletarianisme yang dianut oleh PNI baru (Hatta-Syahrir). Menurut Bung Karno dalam Marhaenisme golongan kecil haruslah Bersatu padu dalam kemandiriannya guna mencapai kesejahteraan bersama. Marhaenisme juga disebut sebagai teori perjuangan yang bukan hanya Politicial Theory semata tetapi sebagai landasan berjuang. Para kaum kecil dan penganut ideologi marhaenisme yang selanjutnya di sebut sebagai kaum Marhaen diharapkan sebagai lokomotif revolusi, yang dimana perlawanan terhadap kapitalisme dan imperialisme haruslah melalui revolusi itu sendiri, sebagaimana yang diyakini Bung Karno akan adanya suatu kelas yang "ditakdirkan" untuk menanggung revolusi dipundaknya.
Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme
Ada 3 (Tiga) pokok ajaran Marhaenisme menurut Bung Karno Pertama yaitu analisis Kelas Marhaen yang kedua adalah Sosio-Nasionalisme dan yang ketiga adalah Sosio-Demokrasi. Tiga komponen inilah yang membentuk ajaran Marhaenisme. Pertama, sebagai analisis kelas Marhaenisme membantu menemukan kelas sosial yang dapat dijadikan sebagai agen utama atau lokomotif bagi revolusi yaitu kaum Marhaen itu sendiri. Meskipun sama-sama melarat kaum Marhaen dan kaum Proletar memiliki perbedaan. Kaum proletar sendiri adalah terminologi yang digunakan oleh Marx untuk menyebutkan sebuah kelas yang lahir dari kapitalisme Eropa. Proletar dicirikan dengan tidak memiliki alat produksi dan menjual tenaga serta dari menjual tenaga tersebut mendapat upah yang akhirya digunakan untuk hidup. Sementara kaum Marhaen memiliki alat produksi. Meskipun pijakan dari analisis kelas yang digunakan Bung Karno adalah Marxisme (Sebagaimana kita ketahui dalam pidato-pidatonya Bung Karno menyatakan sudah merasakan Asam-garamnya Marxisme) tetapi hal mengenai kepunyaan alat produksi menjadi pembeda antara kaum proletar dan kaum Marhaen. Kaum Marhaen sendiri juga memiliki ciri yaitu pemilik produksi kecil, tidak punya majikan atau buruh upahan, hasil produksi di konsumsi sendiri atau keluarga. Dalam perkembangannya istilah Marhaen diperluas cakupannya hingga meliputi seluruh sektor rakyat jelata. Kedua, Sosio-Nasionalisme adalah nasionalisme yang berpihak kepada Massa-rakyat. Nasionalisme yang menolak Burjoisme dan penindasan satu kelas kepada kelas sosial yang lain. Boleh dikata Sosio-Nasionalisme "menghendaki masyarakat tanpa kelas". Untuk mencapai kehendaknya maka Sosio-Nasionalisme menjalankan beberapa hal yakni politik nasional yang berdaulat, Ekonomi nasional yang berdikari, menempatkan kemerdekaan sebagai suatu perantara menuju masyarakat adil dan Makmur bukan menjadi tujuan akhir, serta mengawinkan semangat kebangsaan dan kemanusiaan. Ketiga, Sosio-Demokrasi mengidamkan sebuah kekuasaaan politik yang berada di tangan rakyat Marhaen, yang dimana seluruh urusan ekonomi dan politik dikerjakan oleh, dengan dan untuk rakyat. Sosio-Demokrasi juga mendorong kepemilikan sosial terhadap alat-alat produksi dan sumber daya ekonomi, dengan menyerahkan urusan ekonomi dan politik kepada tangan rakyat menjadikan urusan pemenuhan ekonomi tidak hanya menjadi pekerjaan dapur sendiri saja tetapi menjadi urusan kolektif. Ketiga hal tersebut adalah pokok-pokok dari ajaran Marhaenisme.
Marhanisme Menurut Saya
Sejalan dengan perkataan Bung Karno menurut saya Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktik, dimana kaum Marhaen berjuang melawan kapitalisme dan imperialisme dengan menciptakan suatu sistem yang berdasarkan analisis kelas marhaen, Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, lebih lanjut lagi untuk Marhaenisme yang dikatakan sebagai Sosialismenya Indonesia dikarnakan keterikatannya dengan Pancasila yang adalah landasan berbangsa dan bernegara dalam negara Indonesia, sebagaimana pernah dikatakan Bung Karno dalam pidatonya bahwa Pancasila yang berisikan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta Keadilan sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Dapatlah diperas menjadi Tri Sila yang isinya Ketuhanan Yang Maha Esa, Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Tri Sila sendiri dapat diperas lagi menjadi Eka Sila dan isi dari Eka Sila itu adalah gotong royong. Marhaenisme adalah gotong royong itu sendiri, menurut saya masyarakat Indonesia haruslah menjadi kaum-kaum Marhaen yang sebenar-benarnya, menghilangkan sekat-sekat Feodalisme yang ada dan berkerja Bersama-sama. Menurut saya Pancasila adalah model berbangsa dan bernegara yang ingin diwujudkan sementara Marhaenisme adalah landasan berpikir yang digunakan untuk mewujudkan model tersebut. Lebih lanjut lagi Gotong royong yang dimaksud juga bukan gotong royong biasa saja tetapi gotong royong yang menyeluruh yang mengikutsertakan semua tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, terkhusus perbedaan gender, Untuk perbedaan gender sendiri dalam buku Sarinah yang dijabarkan lebih lanjut dalam buku Wanita Bergerak, Bung Karno menjabarkan 3 (tiga) tingkatan pergerakan Wanita. Pertama, Pergerakan Wanita Tradisional (Keperempuanan). Kedua, Feminisme. Ketiga, Pergerakan Wanita sosialis. Pergerakan Wanita Sosialis adalah pergerakan dimana pria dan wanita bergerak Bersama-sama saling melengkapi kekurangan satu sama lain, memainkan perannya menurut kapasitasnya, jadi gotong royong yang dimaksud benar-benarlah melibatkan semuanya, dengan demikian Marhaenisme dapat dikatakan secara penuh sebagai Teori Perjuangan.
Masyarakat Marhaenis dan Cara Mewujudkannya
Masyarakat Marhaenis adalah masyarakat tanpa kelas, masyarakat yang mandiri dan bangga menjadi dirinya sendiri, masyarakat yang bergotong royong. Masyarakat marhaenis memiliki dan memegang teguh model berbangsa dan bernegaranya yakni Pancasila. Masyarakat Marhaenis haruslah tentu Bangga akan identitasnya. Dari hal-hal tersebut Masyarakat Marhaenis dapat dipadankan dengan Masyarakat Madani.
Untuk mewujudkan masyarakat sedemikian rupa haruslah kita Kembali ke dasar, ke pokok ajaran Marhaenisme itu sendiri terkhusus 2 hal yakni Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi dengan adanya Sosio-Nasionalisme terwujudlah masyarakat yang kuat dan dengan adanya sosio-Demokrasi terwujudlah pemerintahan yang sehat. Pemahaman tentang 2 hal juga dibutuhkan guna mewujudkan masyarakat Marhaenis yakni wawasan Nusantara dan Pemahaman tentang pergerakan wanita sosialis, dengan wawasan nusantara hadirlah pemahaman yang mendalam serta kebanggaan akan identitas sendiri sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat hingga perpecahan juga akan hilang dan dengan pemahaman tentang pergerakan wanita sosialis, semua mejadi dapat ikut berpartisipasi, bergotong royong dan menyelesaikan perdebatan persamaan hak ditengah-tengah masyarakat.
Mewujudkan masyarakat Marhaenis memang tidaklah dapat dikatakan mudah, jelaslah bahwa jalannya terjal dan gersang tetapi Kembali lagi bahwa Marhaenisme adalah teori perjuangan, perjuangan yang tanpa henti dalam mewujudkan masyarakat adil dan Makmur. Perlu diketahui juga bahwa sama seperti peci (songkok) hitam yang sering diidentikkan dengan satu kelompok atau golongan yang padahal adalah suatu identitas nasional yang ingin diperkenalkan Bung Karno, begitu juga dengan Marhaenisme meskipun sering diidentikkan dengan satu kelompok atau golongan, Marhaenisme sebenar-benarnya adalah kepunyaan semua orang bukan punya satu atau dua kelompok dan golongan.