Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Naga Tasikmalaya: Antara Adat, Modernisasi, dan Pendidikan

10 Agustus 2023   21:06 Diperbarui: 10 Agustus 2023   21:23 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi

Kampung Naga merupakan kampung adat Sunda yang berada di kabupaten Tasikmalaya, tepatnya di Neglasari, kecamatan Salawu. Berjarak sekitar 29,7 km dari kota Tasikmalaya.

Bulan lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi Kampung Naga dari tempat tinggal saya di Jatinangor. Berangkat kurang lebih jam 10 pagi menggunakan motor, saya tiba di tempat sekitar jam 12 kurang, tepatnya sebelum adzan dzuhur berkumandang. Lokasinya tepat berada di pinggir jalan (menuju ke bawah). Sebelah kiri kalau kita berangkat dari arah Bandung.

Di dalam gerbang masuknya, ada satu mushola yang dapat digunakan pengunjung untuk beribadah. Untuk sampai di Kampung Naga, kita harus menuruni anak tangga yang jumlahnya lebih dari 430-an. Konon, menurut warga setempat, jumlah anak tangga tersebut akan berbeda ketika kita menuruni dan menaikinya. Saya tidak tahu pasti, karena tidak terlalu fokus untuk menghitung anak tangga tersebut.

Sekitar 5 meter dari gerbang utama, sudah ada yang menjual pernak-pernik khas Kampung Naga dan terdapat juga satu mushola yang berdampingan dengan warung kecil. Sebelum sampai, saya melihat ada pelukis yang memang biasanya melukis berbagai gambar (bisa request) seperti pemandangan. Pengunjung dapat membeli lukisan tersebut. Harganya cukup terjangkau.

Anak-anak melihat pernak-pernik khas Kampung Naga (dokumentasi pribadi)
Anak-anak melihat pernak-pernik khas Kampung Naga (dokumentasi pribadi)

Setelah menuruni anak tangga, saya melihat di sebelah kiri berupa sawah, dan sebelah kanan sungai yang melintang dengan warna yang jernih dan menyejukkan. Di depannya sudah ada rumah-rumah adat khas masyarakat Kampung Naga.

Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, namun rumah-rumah adat tersebut tersusun sangat rapi dan bersih. Terlihat bahwa atap-atap dari rumah itu sudah berusia sangat tua karena banyak ditumbuhi oleh lumut. Namun rumah-rumah tersebut tetap berdiri kokoh dengan masyarakat yang mendiaminya.

Sungai Ciwulan (dokumentasi pribadi)
Sungai Ciwulan (dokumentasi pribadi)

Sama seperti beberapa kampung adat di Indonesia lainnya, Kampung Naga juga tidak terdapat aliran listrik. Namun beberapa warga memang menggunakan gadget untuk menunjang aktivitasnya di era yang modern ini. Namun, berdasarkan penuturan warga yang sedang piket di hari itu, peraturan adat menjadi peraturan yang paling utama.

Semua warga di Kampung Naga menganut agama islam. Di tengah-tengah perkampungan juga terdapat masjid yang biasa dipakai oleh warga sekitar untuk beribadah. Bapak yang piket (saya lupa namanya) menuturkan bahwa warga di sini juga menjalankan tradisi islam seperti kurban dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun