Mohon tunggu...
Erenzh Pulalo
Erenzh Pulalo Mohon Tunggu... Musisi - Memanfaatkan Waktu untuk Menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Manfaat waktu untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Keadaan SD Afogoma dan SD Amajaman Mappi, Halo Otsus

9 Juli 2021   16:54 Diperbarui: 9 Juli 2021   17:04 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang tahu dengan dana otonomi khusus atau sering disebut Otsus ? Dana yang mengalir ke dompet Papua dengan harapan harus ada perubahan nyata baik pada insfratruktur maupun sumber daya manusianya.

Dana yang sudah mengalir ke Papua sebesar 138,65 triliun sejak tahun 2002 hingga 2021 ini. Apakah wajah Papua sudah baik sebelum dan sesudah Otsus ? Wajib didiskusikan demi harkat martabat orang asli Papua.

Memang hadirnya Otsus sangat menolong dan membantu Papua. Insfratrukturnya sudah semakin baik. Banyak pembangunan sudah berjalan bahkan sekarang sudah digunakan. Sebut saja jembatan Merah di Jayapura adalah salah satu contoh nyata hadirnya Otsus di Papua dan juga banyak putra - putri Papua lewat dana Otsus bisa melanjutkan sekolahnya baik dalam negeri maupun diluar negeri.

Apakah itu adalah bukti nyata hadirnya Otsus sangat membantu dan memperbaiki wajah bumi cendrawasih ? Banyak sekali komentar baik yang bersifat positif maupun negatif terkait hadirnya Otsus. Komentar positif seperti "Otsus sangat baik, bisa membantu pembangunan di Papua", "Otsus harus dilanjutkan pada tahap II agar Papua semakin baik lagi". Namun ada juga komentar - komentar negatif, seperti "Otsus sudah almarhum", "jangan berikan kita permen Otsus tetapi berikan kami referendum", dan sebagainya.

Ada juga komentar netral terkait hadirnya Otsus, seperti "Otsus memang baik hanya salah digunakan", "Otsus memang gagal tetapi untuk lanjutkan harus dipantau para penggunanya", dan sebagainya.

Apakah Otsus berhasil. ? Memang betul berhasil tetapi tidak merata. Otsus hanya difokuskan pada kota - kota besar seperti Jayapura, Wamena, Merauke, Mimika dan sebagainya tetapi melupakan kota - kota kecil. Sebut saja Nduga, Yalimo, Pegunungan Bintang, Mappi, Puncak jaya, dan sebagainya, apakah mereka merasakan dana Otsus. ? Coba pergi ke kampung - kampungnya lalu bertanya "apakah pernah dengar dana Otsus. ?" Mereka pasti akan tertawa, karena tidak tahu, tiap hari mereka bekerja di kebun hanya untuk mendapatkan sepotong ubi untuk keluarga bahkan rumah - rumah mereka yang beralaskan tanah tetapi tetap mereka menikmatinya.

Ada contoh lain yang pasti kita semua para intelektual bahkan para perdasi mungkin bisa kaget atau juga bisa pura - pura kaget. Ini contoh sekolah SD Afogoma dan SD Amajaman di Kabupaten Mappi yang hanya dibangun oleh guru - guru honorer yang berijazah SD. Dinding hanya gunakan atap daun sagu atau sepotong papan, lantai beralaskan tanah, atap menggunakan daun sagu (foto - foto sekolah terlampir dibawah). Mari kita bertanya, kemana larinya dana Otsus ? Dan ini salah siapa ? Adik - adik kita di perkampungan juga ingin merasakan bagaimana nikmatnya belajar di tempat yang layak, namun apa daya jika nyatanya begini.

Bukan hanya gedung sekolah, banyak fasilitas umum yang sangat memprihatinkan jika mendengar jumlah dana Otsus yang bisa membuat gila namun keadaan nyata bisa gila juga melihat keadaan masyarakat asli Papua yang menderita dengan mengadu nasip di kebun, di laut bahkan mereka masih tetap berburu. Kadang makan kadang tidak tetapi tetap berjuang menjaga harkat dan martabat marga dan tanah leluhur.

Mari kita bersama memantau terus penggunaan dana Otsus dan dana - dana lainnya agar tidak salah digunakan dan terlebih lewat dana ini saudara - saudara kita baik di perkotaan maupun di perkampungan merasa hal yang sama, jangan masyarakat di perkotaan makan nasi goreng dan masyarakat di perkampungan makan nasi putih tetapi harus sama merasakan hal yang sama karena kita semua mempunyai jati diri yang sama hitam kulit - keriting rambut "Aku Papua", jadi jika di kota masyarakat makan nasi goreng masyarakat di perkampungan juga harus makan nasi goreng.

1. Image SD Afogoma

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
2. SD Amajaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun