Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Santri Itu Tidak Harus Berada di Pondok Pesantren

22 Oktober 2022   21:05 Diperbarui: 23 Oktober 2022   02:05 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah santri melakukan ziarah di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung di Lampung, Senin (21/10/2019) (ANTARA FOTO/ARDIANSYAH) 

Hari Santri Nasional diperingati pada 22 Oktober 2022. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) santri adalah orang yang mendalami agama Islam; Orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.

Mengutip juga pesan singkat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar, Drs. H. Taufik, M.M. yang disampaikan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Hari Santri di MTsN 2 Blitar pada 4 Oktober 2022, bahwa santri itu tidak harus yang berada di pondok pesantren, namun siapa saja yang akhlaknya selalu mencintai Rosulullah dan negaranya itulah santri.

Rosulullah saw dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya, termasuk para santri. Seperti yang disampaikan oleh ulama besar Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-hasani, "Akhlak lebih didahulukan daripada ilmu. Karena ilmu tanpa akhlak, maka ilmu itu tidak menjadi berkah."

Oleh karena itu seorang santri mempunyai tugas utama, yaitu mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan di masyarakat. Ilmu agama yang akan saya uraikan di sini berkaitan dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Tulisan ini terinspirasi dengan salah satu siswa saya yang tinggal di pondok pesantren. Dia tidak banyak memiliki kelebihan dalam bidang akademik, namun akhlak dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sungguh luar biasa. 

Ketika berbicara dengan gurunya senantiasa menunduk, berjalan tidak berani mendahuluinya dan menyiapkan keperluan guru sebelum guru memintanya.

Kepada teman sebayanya senantiasa menggunakan bahasa jawa halus dan pelan, rendah hati, berbicara seperlunya, tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Senantiasa mengucapkan salam dan menyalami teman bila bertemu. Tidak pernah terdengar membicarakan kejelekan teman atau orang lain.

Menanggapi perilakunya itu, tentu saya sebagai seorang guru terenyuh dengan akhlaknya yang sungguh terpuji itu. Teman-teman guru yang lain pun merasakan hal yang sama. Keadaan ini tentu akan melahirkan doa-doa tulus dari seorang guru dan orangtua. 

Bila restu guru dan orangtua mengalir, tentu rida Allah akan memenuhi kehidupannya, dan keberkahan dunia dan akhirat baginya akan mengalir sampai di akhirat kelak.

Nah, dari pengalaman saya tersebut, saya simpulkan bahwa tugas utama seorang santri adalah mendalami ilmu agama dengan memperbaiki akhlaknya, dalam bentuk perilaku sehari-hari selanjutnya membimbing masyarakat menuju jalan yang di ridai Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun