Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keindahan Pantai Watu Ulo dan Mitos Tubuh Ular Raksasa

26 Desember 2020   11:52 Diperbarui: 26 Desember 2020   12:02 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pantai Watu Ulo di pagi hari. Sumber: Dokumen Pribadi

Setiap pulang ke tanah kelahiran saya di Jember, saya selalu meluangkan waktu untuk berwisata di pantai Watu Ulo. Wisata ini terletak di Desa Sumberjo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Pantai ini merupakan tempat bermain masa kecil saya bersama teman-teman, mandi, berkejaran, mencari ikan dan bermain pasir.

Sebelum berangkat saya diingatkan oleh keponakan saya yang masih kecil, "Bulek jangan memakai baju hijau atau merah lo."

Ah, ternyata mitos itu masih melekat secara turun temurun. Dulu mbah saya selalu mewanti-wanti, kalau pergi ke pantai Watu Ulo jangan memakai baju berwarna hijau atau merah. Menurut mbah,  hijau itu warna kesukaan Nyai Roro Kidul, sehingga nanti akan ditelan ombak untuk dijadikan prajurit atau pembantu kerajaan.

 Sedangkan baju merah itu identik dengan darah. Nah, darah ini merupakan makanan bangsa makhluk halus. Dikhawatirkan akan diambil sebagai makanan atau tumbal  penguasa Ratu Pantai Selatan.

Diyakini atau tidak mitos tersebut, sebenarnya kedua warna itu ada penjelasan ilmiahnya. Karena warna hijau dan merah itu akan menyatu dengan warna air laut. Sehingga bila mendapat kecelakaan di pantai, petugas atau tim penolong akan kesulitan melakukan proses evakuaasi.

Dengan tetap mengindahkan pesan mbah saya, untuk tidak memakai baju warna hijau dan merah, saya melakukan perjalanan menuju pantai. Jarak pantai dari rumah saya, kurang lebih lima kilometer. Sembari mengenang masa kecil, perjalanan ini saya tempuh dengan bersepeda, agar bisa menikmati suasana pemandangan pedesaan yang indah dan asri.

Pohon-pohon besar berjejer rapi di kanan dan kiri jalan. Sementara itu, sejauh mata memandang hamparan hijau sawah dengan aneka tanaman dan sayur, juga bisa kita nikmati dengan santai, hal ini karena jalan menuju ke pantai ini tidak menanjak. 

Sebelum masuk area pantai, pengunjung di haruskan melapor  dan membayar di pintu masuk lokasi. Tidak pandang bulu, baik itu penduduk asli atau pendatang, tetap harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya kita akan bisa melihat rumah-rumah penduduk dengan kekhasannya, berderet di sepanjang jalan menuju pantai. Aneka makanan dan minuman tersaji di rumah sekaligus rumah makan tersebut,  yang menarik adalah sajian ikan laut bakar. Sayang, saya datang masih sangat pagi, jadi tidak bisa menikmati sajian ikan bakar segar. Warung-warung ini juga menyediakan sarana kamar mandi dan mushola.

Pantai Watu Ulo ini di kelilingi oleh pantai-pantai yang juga dijadikan tempat wisata. Di sebalah barat ada pantai Pasir Putih Papuma, di sebelah timur, kita bisa menikmati indahnya Teluk Love dari atas gunung, di sebelah timurnya lagi ada pantai Payangan dan Pantai Roro Ayu. 

Yang menjadi daya tarik pantai ini karena terdapat batu besar dan panjang yang menyerupai sisik ular besar yang menjorok ke tengah lautan. Batu ini tepatnya berada di ujung sebelah barat, berdekatan dengan gunung pembatas pantai Watu Ulo dan Pantai Pasir Putih Papuma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun