Mohon tunggu...
Humaniora

Polemik dalam Pembagian Raskin

15 Desember 2015   10:32 Diperbarui: 15 Desember 2015   15:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ironis memang melihat keadaan bangsa ini yang kian hari kian memprihatinkan dengan berbagai permasalahanya,masih ada sebagian masyarakat kita yang belum dapat menikmati rasanya hidup layak,sebagai manusia yang seharusnya diperlakukan secara manusiawi,kata layak dan sejatera hanya menjadi sebuah jargon orang-orang yang punya kepentingan di negeri ini,bahkan hingga saat ini mereka belum merasakan bukti dari gombalnya janji-janji petinggi negeri ini, yang ada mereka harus menanggung penderitaan hidup yang kian hari kian terasa berat dan menyesakan dada.

Sudah bukan saatnya lagi kali ini nasib si miskin dan si kecil ditutup-tutupi melainkan harus diperjuangkan dan dibela sehingga keringat dan air mata yang membasahi pipinya tergantikan oleh sebuah senyuman penuh harapan.tak mudah memang merubah semua kondisi ini seperti mudahnya membalikan telapak tangan,ini membutuhkan perhatian yang serius terprogram dan pengawasan yang ketat dari semua pihak terutama pemerintah yang dalam hal ini sebagai kepanjangan tangan Negara,banyak yang salah kaprah dan kurang transparan dalam tata kelola program untuk masyarakat miskin dilapangan saat ini yang tiada lain ketidaktransparanan itu banyak dilakukan oleh para aparatur pejabat kelas bawah dari mulai kepala desa hingga pengurus RT/RW secara sistematis,entah itu ketidaktahuan,kebodohan ataupun kesengajaan semua ini sangat tidak dibenarkan karena telah merenggut hak-hak orang miskin.rupanya PANCASILA terutama sila ke 2 dan ke 5 hanya sebagai talaran ritual setiap apel dan upacara di hari senin saja sedangkan penghayatan dan pengamalanya sangat beretentangan dengan nilai-nilai PANCASILA.

Contoh pembagian beras miskin (Raskin) di sebuah perkampungan ( P ) banyak yang tidak tepat sasaran dalam pembagianya,hal ini diperburuk oleh pengurus RW yang sewenang-wenang dan tidak memiliki hati nurani juga tanggung jawab terhadap tugasnya lebih mementingkan diri sendiri,keluarga dan kerabat dekatnya. Di kampung ( P ) ini berpenduduk 200 kepala keluarga (KK) yang rata-rata dihuni 70% keluarga miskin dan sisanya 30% adalah keluarga mampu,jatah beras miskin atau raskin yang diterima oleh warga miskin kampung ( P ) rata-rata dipaket 3kg/KK /bulannya dengan harga Rp.9000/3kg sama dengan 3000/kg jatah ini jauh dari kata cukup untuk dimakan selama waktu satu bulan paling juga hanya dapat memenuhi kebutuhan makan buat dua atau tiga hari saja,disamping itu yang paling menyayat hati penulis menyaksikan bahwa pembagian jatah Raskin ini juga harus dibeli kontan oleh warga miskin kepada sang pengurus RW dengan alasan bahwa uang hasil penjualan Raskin pada bulan tersebut harus segera disetorkan ke kantor desa,dengan demikian pada saat yang bersamaan ketika Raskin itu dibagikan untuk dijual para penerima jatah Raskin ini tidak memiliki uang untuk beli 1 atau 2 paket Raskin yang akhirnya dengan besar harapan bisa dikasih utang sama sang pengurus RW satu atau dua minggu ke depan tetapi kenyataanya sang RW tidak berani ngasih utangan Raskin kepada yang berhak menerimaya dengan dalih tidak diutangkan melainkan harus dibayar tunai, akhirnya Raskin tersebut tidak sampai ditangan yang berhak menerimanya melainkan sang RW mengeksekusi seluruh jatah raskin dilelang kepada warga yang saat itu punya uang untuk membeli seluruh Raskin tersebut,karena sang RW tidak punya uang untuk nalangin setor ke kantor desa,akhirnya Raskin habis terjual kepada orang-orang yang mampu dan saudara kolega dekat sang RW sementara warga miskin yang berhak menerimanya hanya menggerutu juga murka kepada sang RW yang telah tega dan tidak berdaya membantu warganya yang miskin itu hanya nalangin Rp.1.260.000 rupanya sang RW gak mau ribet dan ambil resiko padahal sang RW tergolong orang yang mampu bila hanya nalangin uang sebesar itu, namun inilah dunia selalu sesak dengan tingkah tingkah-tingkah busuk sang RW yang hanya mau enaknya saja,dalam kata lain jika ada bantuan-bantuan program dalam bentuk proyek atau apalah yang berbau uang dia sangat ambisi memperjuangkanya karena sang RW tau bahwa ngurusin projek akan punya sedikit untung tidak halnya dengan mengurus warganya yang miskin yang hanya bisa bikin repot sang RW.ironis memang jadi orang miskin di negeri ini sudah jatuh ketimpa tangga pula,sudah hidup serba kekurangan ditambah punya pengurus RW atau peminpin yang miskin hati tidak mau tau dengan keluhan warganya sehingga menipiskan harapan untuk hidup beranjak dari kemiskinan menuju harapan yang lebih baik.

Pentinganya check and balances dari pemerintah yang tentunya sebagai sumber vertical dari program-program tersebut harus lebih ditingkatkan, hal ini ditujukan lebih kepada sisi pengawasan terhadap para pelaksana aturan dilapangan yang terindikasi sangat rentan dengan penyalahgunaan wewenang. Distribusi kesejahtraan dalam pembagian beras raskin akan sangat menentukan bagaimana program besar pemerintah bisa tersampaikan dan teraplikasikan dengan benar dan sesuai aturan-aturan yang berlaku. Negara ini sudah sangat sesak dengan para petinggi di pemerintahan yang melakukan abuse dalam melaksanakan setiap program-program rakyat, dan sangat ironis apabila hal ini justru mengakar kepada aparat-aparat di level p[aling bawah yang seharusnya menjadi benteng terakhir dalam memastikan rakyat terlayani dengan sebaik-baiknya.

Intetgritas bangsa ini sangat ditentukan oleh bagaimana para aparat-aparat di masyarakat bisa meng implementasikannya dengan nilai-nilai luhur, sehingga stabilitas sosial selalu terjaga dengan baik dan yang paling penting adalah bagaimana kejujuran-kejujuran apara aparat dilevel bawah bisa menjadi raw model bagi masayarakatnya itu sendiri.

Kesimpulann cerita dan pengalaman ini diambil dari lingkungan tempat penulis berada di sebuah kampung ( P ) dan ini semata-mata merupakan kritik bagi para pengurus atau aparatur kampung yang saat ini diberikan amanah atau kepercayaan oleh warganya agar sudi kiranya dapat membantu dan mengutamakan dahulu orang-orang yang wajib kita bantu terutama orang-orang yang serba kekurangan atau miskin,agar anda tidak kena murka dan do’a nya orang-orang miskin tersebut dan anda harus tau bahwa do’a nya orang miskin yang teraniaya itu mustajab.akan tetapi penulis tidak mengeneralisir bahwa pengurus RW tidak semuanya bersikap dan berperilaku seperti yang penulis ceritakan, ini hanya sekelumit dari keadaan yang real terjadi di lapangan dan hanya terjadi di kampung ( P ) semoga di tempat lain di negeri ini tidak terjadi hal demikian.. wallahu’alam

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun