Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilih Hobi atau Anak?

2 Februari 2016   11:16 Diperbarui: 2 Februari 2016   11:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendapat amanah atau titipan berupa anak dari Yang Maha Kuasa, adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Bukankah tidak sedikit pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah belum juga punya momongan. Ada lagi yang harus keluar uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah, untuk bisa mendapatkan momongan, melalui berbagai metode.

Nah, bagi Anda yang sudah punya buah hati, sudah sepatutnya bersyukur, melebihi mereka yang terus berusaha mendapatkan momongan.

Lantas, bagaimana cara bersyukur yang baik? Ya cara bersyukur yang baik adalah mendidik anak tersebut dengan baik dan maksimal. Namun faktanya, mendidik anak dewasa ini susah-susah gampang, atau gampang-gampang susah.

Dibilang gampang, karena sudah tersedia begitu banyak teori dan tips yang tepat dalam mendidik anak. Dibilang susah, karena nyatanya dalam aplikasinya, tidak semudah membalik telapak tangan.

Saya kerap kedatangan pasangan orang tua yang membawa serta buah hatinya. Dari mulai kasus psikosomatis, hingga masalah perilaku di rumah atau di sekolah, yang dialami anak.

Seperti biasa pula, saya tentu tidak langsung melakukan terapi pada anak, melainkan melakukan observasi pola asuh, serta memberikan edukasi yang tepat dalam mendidik anak. Teori menyebutkan, tidak ada anak yang bermasalah, yang ada hanya orang tua yang bermasalah. Teori itu faktanya sebagian besar memang tepat.

Salah satu yang kerap menjadi masalah adalah hobi? Kok bisa? Tunggu sebentar, jangan langsung emosi mendengar kata ini. Simak dulu penjelasannya.

Hobi yang kerap jadi masalah adalah hobi dari sang orang tua, yang kemudian melupakan kehadiran sang anak. Coba perhatikan, dari Senin sampai Jumat, atau bahkan sebagian sampai Sabtu, orang tua akan sibuk bekerja. Sementara umumnya, hobi dilakukan saat hari libur. Mestinya, justru momen libur inilah digunakan untuk mengisi baterai cinta keluarga, istri dan anak.

Seandainya hobi yang dilakukan juga disukai seluruh anggota keluarga, sehingga semuanya terlibat, tentu tidak masalah. Ini justru akan berdampak sangat positif dan menambah keharmonisan serta kebersamaan dalam keluarga.

Tapi umumnya, orang tua, dalam hal ini para ayah, seringkali melakukan hobi untuk kesenangan diri sendiri. Sementara waktu untuk mengisi baterai cinta anak, terlupakan. Tidak jadi soal jika anak sudah berusia remaja atau dewasa, tidak terlalu memerlukan pengisian baterai cinta dari ayahnya. Yang jadi masalah jika anak masih berusia balita, hingga sebelum remaja. Usia seperti ini masih memerlukan asupan kasih sayang dari ayah dan ibunya secara maksimal.

Beberapa waktu lalu, pernah ada anak usia kelas 5 SD, yang selalu sakit kepala setiap kali masuk sekolah di hari Senin. Dari observasi pola asuh, ayah dan ibunya sibuk dengan agendanya masing-masing, setiap Sabtu dan Minggu. Sang ibu, bergabung dengan salah satu komunitas sosial. Sementara sang ayah, bergabung dalam salah satu komunitas hobi tertentu. Saya sengaja tidak mencantumkan jenis hobinya, karena khawatir akan memantik siapa saja yang memiliki hobi sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun