Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan, Antara Harapan dan Kebahagiaan

7 Mei 2019   11:44 Diperbarui: 7 Mei 2019   11:47 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia yang masih diberi kesempatan bernafas tentu memiliki harapan. Jika tidak lagi punya harapan, segera cek, jangan-jangan masih ada banyak hal di masa lalu yang belum dibereskan. Kalau masih juga tak punya harapan, segera ke rumah sakit, atau ke praktik dokter, minta suntik mati saja, he he he. Bercanda lo ya. Nanti ternyata ada yang benar-benar minta suntik mati, saya pula yang repot.

Nah, Ramadan 2019 ini setiap orang juga pasti memiliki harapan. Yang jelas, pasti berharap Ramadan tahun ini jauh lebih baik dibandingkan dengan Ramadan tahun sebelumnya. Bagi yang baru saja menikah, tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Sahur sudah ada yang membangunkan. Sahur bisa bersama dengan orang yang dicintai.

Sebaliknya, bagi yang baru saja berpisah, Ramadan kali ini malah harus sendiri. Tak boleh disesali. Perpisahan yang sudah terjadi harus menjadi ajang koreksi diri agar menjadi lebih baik lagi. Boleh jadi di Ramadan kali ini, akan mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik lagi.

Mungkin ada juga yang baru saja memiliki buah hati. Ramadan kali ini tentu punya kesibukan berbeda. Tak hanya sibuk mengurusi sahur atau berbuka, tapi juga tetap merawat sang bayi agar tetap sehat dan prima.

Bagi saya pribadi, saya tentu berharap Ramadan tahun ini juga lebih baik lagi. Kondisi yang saya alami juga berbeda. Jika sebelumnya bisa menjalani Ramadan utuh bersama keluarga, kali ini harus terpisah. Kedua anak sudah harus bermukin di pondok pesantren. Satu setingkat SLTA, satu lagi setingkat SLTP.

Sementara saya sendiri juga harus menjalani Ramadan di kota berbeda, di Tanjung Redeb -- Berau. Sementara istri dan anak terakhir yang juga baru lulus SD dan bersiap pesantren, masih di Samarinda.

Selama sendiri di rantau, maka saya berkesempatan safari Ramadan di masjid yang berbeda setiap hari. Hari pertama kemarin, saya berbuka puasa di masjid di Jalan Gajah Mada Tanjung Redeb. Hari kedua nanti, saya akan mencari masjid lain lagi. Begitu seterusnya.

Dengan cara itu, sendiri menjalani Ramadan bukanlah sesuatu yang harus dibuat baper. Dinikmati saja. Jalani saja dengan penuh perasaan nyaman. Lagi pula, saya sangat yakin, safari Ramadan buka puasa di masjid berbeda tidak akan mulus satu bulan penuh. Kenapa? Sebab biasanya pada minggu kedua Ramadan dan seterusnya, akan ada saja undangan buka puasa bersama, he he he.   

Menuntut ilmu yang dijalani anak-anak, juga saya sendiri yang harus terpisah, tentu harus diniatkan sebagai ibadah. Apalagi di momen Ramadan ini, saya pribadi tentu berharap bisa mengharap keberkahan jauh lebih baik lagi.

Setiap kali ada kesempatan diskusi dengan beberapa sahabat, selalu ada saja yang menyebutkan, merasa bahagia bila berkumpul dengan keluarga. Jika saya juga mengikuti syarat itu, maka sudah pasti saat ini saya tidak bahagia. Sebab, saya sedang sendiri, tidak bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun