Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gay Selama 21 Tahun, Ternyata Pernah Diejek Seperti Ini

4 September 2017   06:34 Diperbarui: 7 September 2017   10:26 2463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: keithhillebrandt.com. Foto hanya untuk ilustrasi.

Cukup lama bagi Feri, bukan nama sebenarnya, mempertimbangkan rencana untuk menjalani sesi hipnoterapi. Meski sudah hampir dua tahun mengetahui metode hipnoterapi ini, namun sempat masih ada keraguan yang muncul. Sikapnya yang maju-mundur seperti Syahrini, membuat batinnya semakin bergolak dan semakin merasa tidak nyaman.

"Di satu sisi, saya ingin seperti pria normal lainnya. Namun ada bagian diri yang lain, ternyata masih tidak rela jika harus menjadi pria normal. Justru bagian diri itulah yang seolah menikmati ketika menjadi gay," sebut Feri ketika akhirnya berkonsultasi melalui telepon seluler.

Pria asal salah satu kota di Kalimantan ini akhirnya memantapkan hati untuk mencoba sesi hipnoterapi, setelah dirinya dikecewakan oleh pasangannya, yang tentu juga seorang pria.

"Awalnya saya merasa biasa saja, merasa yakin dan mampu hidup tanpa dia. Tapi ternyata, dada saya semakin sesak, semakin tidak nyaman. Makanya saya memutuskan untuk mengakhiri semua ini," ujarnya.

Hal lain yang membuatnya semakin bertekad menjadi pria normal adalah, dorongan dan tekanan dari kedua orang tuanya yang menginginkan dirinya segera menikah dengan seorang perempuan.

"Ibu dan bapak saya tidak tahu dengan kondisi saya ini. Mereka tahunya saya normal. Kadang ada niat untuk memberi tahu mereka bahwa saya gay. Tapi saya tidak sampai hati. Saya tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya. Sebaiknya saya yang harus menjalani kehidupan normal," bebernya.

Setelah menceritakan apa yang ia alami melalui telepon seluler, Feri akhirnya semakin yakin dan mantap untuk menjalani sesi hipnoterapi. Namun, karena tempat tinggalnya jauh dari Samarinda, dia pun harus mengatur jadwal dan memastikan ada waktu yang pas untuk menjalani terapi.

Akhirnya dua pekan lalu, setelah mengatur jadwal hampir satu bulan, Feri menyiapkan waktu khusus, terbang dari tempat tinggalnya, menuju Samarinda. Pria ini pun sempat bermalam di salah satu hotel di Samarinda, dan baru keesokan harinya datang untuk menjalani sesi hipnoterapi.

"Akhirnya saya siap pak, mudah-mudahan bapak bisa bantu saya," ujar pria 38 tahun yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil ini. Sekilas, jelas tak terlihat jika pria ini gay. Tampilannya sangat perkasa dengan otot yang tampat mengeras di kedua lengan serta di bagian dadanya.

Saat diberi kesempatan untuk menyampaikan berbagai hal terkait dengan kasus yang dihadapi, Feri menyampaikan, tidak ada lagi yang ingin disampaikan. "Semua sudah saya sampaikan waktu di telepon," ujarnya.

Klien ini kemudian diberikan penjelasan mengenai proses hipnoterapi yang akan dijalaninya. Karena niatnya yang tinggi, Feri tidak banyak bertanya, dan siap menjalani apa saja yang akan diarahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun