Meningkatnya masalah psikososial yang dihadapi mahasiswa selama pandemi COVID-19 menjadi fokus baru di bidang kesehatan mental. COVID-19 merupakan fenomena yang mempengaruhi seluruh penduduk, termasuk mahasiswa, dan diperkirakan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran. China adalah negara pertama yang menangguhkan kelas tanpa mengganggu pembelajaran. Selain itu universitas juga merangkul berbagai bentuk pembelajaran online.
Sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh atau online bagi mahasiswa. Pembelajaran online adalah kegiatan belajar dengan menggunakan internet. Saat ini, beberapa mahasiswa masih belajar online. Selama kelas online, mahasiswa dapat menggunakan berbagai platform pendukung seperti WhatsApp, Zoom, Google Classroom, Telegram, dll.
Karena pandemi COVID-19 ini, mahasiswa harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Akibat perubahan sistem pembelajaran ini, mahasiswa sering menemui berbagai jenis kendala. Hambatan yang biasa dihadapi mahasiswa antara lain kurangnya paket internet, sinyal yang tidak mendukung, kesulitan memahami materi yang diberikan, tugas kuliah yang menumpuk dalam waktu yang singkat, dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa.
Secara umum, gangguan kecemasan terjadi pada mahasiswa yang tidak aktif secara fisik, dan mahasiswa dengan keluarga yang tinggal di perkotaan juga dapat mengalami gejala kecemasan karena tertinggal secara akademis dan pikiran yang sibuk. mahasiswa cenderung lebih ketakutan karena banyak di antara mereka yang tinggal jauh dari rumah orang tuanya, tidak dapat kembali selama masa pandemi dan/atau hidup dalam kondisi kurang beruntung.Â
Di samping itu, mereka harus tetap sehat dan memenuhi kebutuhan mereka selama pandemi. Kecemasan dan depresi juga dapat terjadi karena perubahan dalam belajar. Pada metode pembelajaran tatap muka, tiba-tiba beralih ke metode pembelajaran e-learning pada sebagian besar mahasiswa karena beban belajar.
Jika tidak segera diatasi, kecemasan yang dirasakan mahasiswa selama masa pandemi akan berdampak negatif. Faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi kecemasan mahasiswa antara lain pola tidur dan makan yang terganggu, motivasi yang menurun, tingkat stres yang meningkat, dan anggota keluarga yang terdiagnosis Covid-19. Selain itu, kecepatan dan cara seseorang menyesuaikan diri dengan kepribadian, usia, pengalaman, proses belajar, kondisi fisik, dan lingkungan.Â
Adapun cara untuk mengurangi kecemasan, mahasiswa dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti olahraga atau aktivitas fisik, istirahat yang cukup, menekuni hobi, bersosialisasi walaupun melalui virtual, dan apabila stres atau kecemasan terasa berat dan mengganggu, jangan segan untuk bercerita ke orang yang dipercaya atau mencari pertolongan profesional.