Pernah merasa gelisah saat melihat orang lain posting liburan, pencapaian, atau momen seru di media sosial? Seolah-olah semua orang sedang menjalani hidup yang lebih menarik, lebih sukses, lebih "berarti". Rasa cemas itu dikenal sebagai FOMO: Fear of Missing Out.
FOMO bukan sekadar rasa iri. Ia muncul ketika kita merasa tertinggal, tidak cukup, atau tidak relevan. Kita jadi terdorong untuk terus hadir, terus terlihat, agar tidak dilupakan. Tapi, apakah itu benar-benar membuat kita bahagia?
Di balik FOMO, ada kebutuhan yang lebih dalam: kebutuhan untuk merasa berarti. Kita semua ingin hidup yang punya makna, bukan hanya sekadar "ada", tapi benar-benar "hidup". Psikolog Viktor Frankl menyebut bahwa pencarian makna adalah dorongan terdalam manusia. Tanpa makna, kita mudah terseret arus pembandingan sosial yang melelahkan.
Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk eksistensi semu, yaitu identitas yang dibangun berdasarkan citra yang ingin ditampilkan, bukan kenyataan yang sebenarnya. Platform seperti Instagram dan TikTok mendorong pengguna untuk menampilkan versi terbaik dari hidup mereka, yang sering kali tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Akibatnya, banyak orang merasa tidak cukup baik, tidak cukup sukses, atau tidak cukup bahagia, karena membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis. Media sosial menciptakan ruang di mana eksistensi seseorang diukur dari jumlah likes, followers, dan interaksi digital, bukan dari kualitas hubungan nyata atau kontribusi sosial.
Lalu, bagaimana cara keluar dari jebakan FOMO?
Untuk mengatasi FOMO sebagai krisis eksistensial, penting bagi individu untuk memperkuat hubungan spiritual, membangun identitas yang otentik, dan menggunakan media sosial secara bijak. Dengan begitu, eksistensi tidak lagi bergantung pada pengakuan dunia maya, melainkan pada nilai-nilai hakiki yang memberi ketenangan dan makna sejati dalam hidup.
Kita bisa mulai dengan bertanya: "Apa yang benar-benar aku butuhkan?" atau "Apa yang membuat hidupku bermakna?" Saat kita hidup dengan kesadaran dan kejujuran terhadap nilai-nilai pribadi, kita tak lagi menjadi individu yang sibuk mengejar sorotan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI