Mohon tunggu...
Endah Kurniati
Endah Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik, Penulis

Penulis buku Non Fiksi yang sedang belajar jadi Novelis di platform digital. Menulis sebagai Katarsis, aktif sebagai Duta Kesehatan Mental DANDIAH CARE

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Life's Just a Matter of Repetition

22 Mei 2019   13:51 Diperbarui: 22 Mei 2019   14:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Niscayanya waktu manusia itu terbagi dalam tiga bagian, yaitu hari ini, masa lalu dan masa yang akan datang.  Masa lalu bukan sekedar history, terkadang masa lalu itu masih terus membayangi hari-hari yang berjalan bahkan terulang kembali di masa-masa yang akan datang.  Dan kisah peradaban suatu bangsa tak dapat terlepas dari sejarah bangsa tersebut di masa lalu.

Apa yang terjadi sekarang di negeri kita tercinta ini, nampak jelas terlihat ada kemiripan pola dengan sejarah masa lalu bangsa, sebagian orang menganggap issue PKI adalah issue basi yang selalu muncul  di setiap tahun-tahun politik, jadi tidak terlalu perlu untuk di khawatirkan. Namun bagi sebagian orang, issue kebangkitan PKI ini sangat mengkhawatirkan, sehinggga para ulama turun tangan dan aktif menyuarakan bahaya komunis yang sudah tidak lagi bahaya laten, tapi sudah berani nampak di ruang public. 

Belum lagi  berita simpang siur para tenaga kerja asal China komunis yang membanjiri Indonesia dan mengambil porsi lapangan pekerjaan pekerja kasar (yang tak punya keahlian). Banyak masyarakat yang melaporkan di daerahnya perihal pergerakan pekerja asal China ini mulai dari kedatangan di bandara-bandara local sampai ke tempat mereka bekerja, tetapi banyak pula penolakan-penolakan yang dilontarkan pemerintah di ruang public saat dikonfirmasi mengenai hal ini.  

Aku sendiri pernah mengobrol ringan dengan petugas imigrasi suatu saat ketika memperpanjang paspor, bahwa menurut petugas ini,  mereka mengalami kesulitan dan kekurangan personil untuk melacak pergerakan pekerja asal china. Jadi apa yang dilontarkan petinggi-petinggi pemerintah di ruang public tidak sesuai dengan fakta di tataran petugas pemerintah yang bersinggungan langsung, mereka mengakui banyak tanaga asal china yang illegal.  Hal-hal seperti ini yang membuat bangsa ini jadi tidak tenang dan menuntut keadilan dari pemerintah.  Dan hari ini, gesekan-gesekan tersebut berpotensi chaos, mengikuti ketidakpuasan sebagian elemen masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu Jurdil. 

***

Doa terbaik bagi Negeri

How ever, secara aku sebagai emak-emak yang merasa prihatin dengan apa yang terjadi di negeri ini, aku berempati dan aku berbuat sesuatu dengan potensi yang dimiliki oleh umumnya kaum perempuan, yaitu menangis, karena perempuan memiliki hati yang lembut. Aku bawa tangisan itu dalam doa-doa bagi negeri yang sedang butuh pertolongan dari yang Maha Kuasa.  

Imam Ahmad Ibnu Hambal (164 -241 H) berkata : " Seandainya kita memiliki satu doa (yang kita ketahui) makbul, niscaya itu akan kita gunakan untuk  mendoakan Kepala Negara". 

Rasanya saat ini adalah tepat bagi kita untuk mendoakan dengan segenap kerisauan atas apa yang menimpa negeri kita ini pasca diumumkannya hasil real count pemilu oleh KPU, yang berpotensi chaos karena sebagian elemen masyarakat menolak hasil pemilu yang dianggap curang. kita doakan dan memohon pengharapan yang besar kepada Allah agar negeri ini diberkahi pemimpin yang adil dan kesejehteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah akan terus berulang, tapi jangan sampai bangsa ini terkoyak dan tercabik kemudian terpuruk karena kita lengah pada pihak musuh yang sudah sekian lama mengintai dan mengenal dengan jelas kelemahan bangsa ini, yaitu mudah di pecah belah.  Dulu musuh kita jelas berbeda wujudnya, yaitu belanda, bule. Dulu kita bersatu melawan musuh yang sudah jelas perbedaannya ini.  

Sekarang, Negara Indonesia sudah merdeka, tapi bangsanya masih terjajah oleh bangsa lain, karena harga diri bangsa Indonesia masih lemah, nilai-nilai luhur warisan para orang tua kita baik moral dan agama tidak kita jaga.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya, sejarah juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan suatu bangsa. Dan sejarah akan  terulang tapi di zona waktu, pelaku dan tempat yang berbeda. Ya hanya itu yang beda selebihnya akan sama jalan ceritanya sampai hari kiamat kelak. 

 Tapi meskipun begitu kita jangan sampai terperosok memasuki lubang yang sama seperti orang-orang terdahulu dalam hal keburukan. Karena ternyata sejarah memberikan rambu-rambunya, selain itu sejarah juga memberikan jalan keluar bagi kita yang ingin menempuh jalan keselamatan.

Mari kita mengkaji sejarah... karena disitulah cerminan keberhasilan bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun