Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pertamini, Mahal Tapi Dibutuhkan

11 April 2015   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428748933729375321

[caption id="attachment_409351" align="aligncenter" width="300" caption="Pertamini"][/caption]

Pernah lihat Pertamini? Ini memang pelesetan dari penjual bensin eceran. Kalau Pertamina menjual BBM kepada masyarakat melalui pom bensin-pom bensin, sedangkan Pertamini adalah penjual bensin eceran yang menyalurkan BBM dari pom bensin. Penjual ini membeli bensin di pom bensin beberapa jirigen, dibawa ke kampungnya dan dijual secara eceran.

Penamaan Pertamini sendiri adalah inisiatif sang pedagang yang menganggap dirinya adalah miniatur Pertamina, yang menjual BBM. Pada umumnya kita melihat penjual bensin eceran menggunakan botol-botol Aqua ssatu setengah liter. Tetapi Pertamini menggunakan botol kaca yang cukup besar, menampung sekitar 10 liter bensin dan ada indikator per liternya. Untuk mengeluarkannya juga menggunakan selang, seperti halnya di pom bensin. Hanya saja selangnya lebih kecil.

Pertamini yang saya lihat ini ada di Jalan Raya Kijang, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Maka, kalau anda mencarinya di Jakarta, tidak akan ketemu. Tetapi saya pernah melihat juga pedagang yang menamakan kiosnya Pertamini di sekitar Citayam, Depok. Dia baru berdagang selama beberapa bulan ini. Sementara Pertamini yang ada di Pulau Bintan sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.

Namanya juga pedagang eceran, harga bensin yang dijualnya jelas lebih mahal dari harga resmi di pom bensin. Bahkan harga jual di Pertamini juga lebih mahal daripada pedagang eceran yang menggunakan botol Aqua. Kalau di pom bensin harga jual premium sekitar Rp 7400,-, maka di Pertamini harganya lebih tinggi seribu rupiah atau lebih. Walau begitu, tetap saja ada yang membeli bensin di Pertamini, terutama pengguna motor. Maklum, tak banyak pom bensin yang ada di Pulau Bintan. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari, sehingga jika membeli BBM di pom bensin, antriannya sangat panjang. Karena itu banyak orang yang lebih suka membeli di pedagang eceran supaya lebih cepat dan tidak capek mengantri.

Pedagang-pedagang bensin eceran seperti Pertamini adalah pemandangan yang lazim kita dapati di Kepulauan Riau. Pulau yang memiliki fasilitas pom bensin cukup banyak adalah Batam. Namun tidak demikian halnya dengan pulau-pulau lain. Harga bensin di Pulau Bintan masih jauh lebih murah daripada harga bensin di pulau lain. Terutama pulau-pulau yang berada di perbatasan antara Malaysia-Indonesia. Misalnya di Karimun, satu liter bensin premium bisa mencapai Rp 20 ooo,- per liter. Pulau-pulau terluar memang sulit dijangkau karena transportasi yang sangat terbatas. Para penduduk di sana, sudah biasa menghadapi harga-harga mahal. Jangankan bensin, harga sembako juga jauh lebih tinggi daripada di pulau Jawa. Karena itu, seberapa pun mahalnya harga bensin di Pertamini-Pertamini, mereka sudah pasti membelinya karena memang sudah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari.

Ironinya, harga barang-barang impor justru jauh lebih murah daripada di Jawa. Umpanya harga buah-buahan, makanan, bawang merah/bawang putih, dan juga pakaian. Kenapa bisa begitu? karena banyaknya barang selundupan yang melalui perairan Kepulauan Riau. Bahkan BBM juga menjadi salah satu barang yang bisa diselundupkan. Begitu pintarnya para penyelundup ini, sudah menguasai perairan di propinsi ini. Mereka main kucing-kucingan dengan petugas patroli air.  Menurut kabar, beberapa penyelundup kaliber kakap justru sudah punya 'beking' petugas, baik oknum polisi maupun TNI.

Segi positifnya, masyarakat perbatasan tidak terlalu mengandalkan pemerintah pusat. Mereka bertahan menghadapi kerasnya kehidupan secara alami. Tidak ada gunanya mengeluh, mereka berusaha mengatasi permasalahan sendiri. Sebagian penduduk memang sudah biasa berniaga antar negara, Indonesia-Singapura-Malaysia. Banyak orang-orang di kepulauan Riau mencari mata pencaharian dan membuka usaha di negara tetangga. Jika berhasil, mereka bisa hidup makmur karena nilai mata uang Ringgit dan Dollar Singapura lebih tinggi dari Rupiah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun