Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Mengenang Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

12 Mei 2015   16:48 Diperbarui: 12 Mei 2018   17:01 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Universitas Trisakti berdemonstrasi di depan Istana Kepresidenan, Jakarta. (Foto: kompas/roderick)

Hari ini seharusnya kita mengingat kembali peristiwa yang menyebabkan meninggalnya mahasiswa Trisakti. Peristiwa itu sangat monumental karena merupakan awal kejatuhan Orde Baru dan dimulainya reformasi. Seluruh mahasiswa Indonesia, terutama di ibukota, bergerak menyuarakan isi hati mereka.

Saya tidak akan pernah lupa peristiwa tersebut. Sebuah peristiwa bersejarah yang menjadi bagian dari perjalanan Indonesia. Saat itu saya masih menajdi jurnalis dan mengikuti pergerakan mahasiswa yang sudah tidak ingin lagi didikte oleh pemerintahan Orde Baru, yang masih dipimpin oleh Soeharto. Ini adalah peristiwa yang sangat mencekam, membuat bulu kuduk saya berdiri.

Memang ketika peristiwa itu terjadi, saya tidak tepat berada di sekitar Universitas Trisakti, melainkan berada di wilayah jembatan Semanggi. Tepatnya, saya ada di tengah-tengah mahasiswa Atmajaya, di halaman kampus tersebut. Semua mahasiswa berdemo, berteriak dan mengibarkan spanduk. Tetapi mereka terpaksa berada tetap di dalam lingkungan kampus karena jalan raya Sudirman telah dijaga oleh aparat TNI dan Polri.

Saya tidak tahu apa yang tengah berlangsung di Universitas Trisakti waktu itu. Namun di halaman Atmajaya, mahasiswa semakin beringas. Mereka melempari aparat dengan batu-batu yang telah dikumpulkan. Sebagian mengenai personel petugas sehingga mereka terpancing. Tiba-tiba peluru menghambur dari senapan yang ditembakkan petugas, menembaki mahasiswa-mahasiswa yang tadi melempar dengan batu.

Otomatis geromblan mahasiswa kocar kacir berusaha melarikan diri ke dalam gedung-gedung kampus. Saya sendiri tak luput dari serangan itu. Mungkin karena saya tidak mengenakan tanda pengenal pers atau karena pakaian saya yang ala mahasiswa. Saya hanya mengenakan jeans dan T-shirt sebagaimana mahasiswa-mahasiswa lain. Lagipula dalam keadaan seperti itu, tak mungkin aparat bisa membedakan pers dengan mahasiswa. Situasi tidak memungkinkan untuk menanyai setiap orang satu persatu.

Di bawah berondongan peluru, saya ikut kabur, lari secepat-cepatnya. Pada saat itu saya masih lincah dan langsing. Saya tidak ikut bergabung dengan mahasiswa yang berlindung dalam gedung kampus. Saya memilih untuk loncat ke rumah saki Jakarta yang letaknya ada di sebelah kampus Atmajaya. Tembok yang membatasi antara Atmajaya dengan RS jakarta sebenarnya cukup tinggi, sekitar dua meter lebih. Saya berhasil melampauinya dengan terlebih dahulu melompat ke sebuah drum di pinggir tembok, lalu melompat ke balik pagar tembok, masuk ke halaman RS Jakarta.

Saya tidak sendirian, ada pula beberapa mahasiswa yang mengikuti jejak saya. Di rumah sakit itu kami merasa aman. Tidak ada aparat yang menembak ke rumah sakit. Saya terpaksa berada di sana sampai situasi kondusif untuk keluar lagi. Ketika penembakan berhenti dan aparat diperintahkan berhenti menembak, barulah saya keluar melalui halaman RS Jakarta.

Demikian sekelumit pengalaman saya ketika tragedi 12 Mei terjadi. Pengalaman yang takkan terlupakan dimana saya merasakan jantung berdebar di bawah berondongan peluru. Semoga tidak ada peristiwa semacam itu lagi. Semoga kedamaian ada di bumi pertiwi. Buat rekan-rekan mahasiswa, mari membangun negeri dengan damai. Saya juga berharap pemerintah dapat memberi kesejukan untuk penuntasan tragedi trisakti sebagai bukti bahwa hukum memang ditegakkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun