Ada beberapa penyebab kematian para pendaki gunung. Bukan hanya karena tergelincir ke jurang, tersesat dan kelaparan. Hal yang sangat mematikan tetapi sering dianggap remeh adalah hipotermia. Para pendaki pemula dan fomo tidak menyadari bahwa hipotermia adalah the silent killer.Â
Hipotermia bisa menyerang siapa saja, baik yang muda maupun tua. Biasanya, pendaki pemula dan pendaki fomo tidak siap dengan kondisi yang tiba-tiba disergap hipotermia. Terutama pendaki fomo, hanya mengikuti tren untuk mendapatkan foto-foto indah di gunung. Mereka mengenakan pakaian yang tidak sesuai dan tidak membawa bekal yang lengkap.Â
Saya hanya bisa menarik nafas panjang melihat pendaki fomo, memakai celana jeans dan kaos tipis. Bahkan banyak yang cuma mengenakan celana pendek dengan atasan terbuka tanpa lengan. Lihat saja para pendaki dari negara asing dan gen Z memakai tank top, malah ada yang seperti bra saja.Â
Celana jeans sangat berat untuk dipakai mendaki, apalagi jika basah oleh hujan. Celana jeans semakin berat dan tidak bisa kering. Baju terbuka membuat tubuh rentan masuk angin karena udara di gunung dingin dan menusuk. Banyak yang tidak membawa kaos kaki dan kaos tangan yang tebal.Â
Mendaki gunung itu sejatinya bukan berwisata, tapi sebuah petualangan. Ini adalah hobi yang mempertaruhkan nyawa. Jadi jangan cuma karena ingin memenuhi media sosial dengan foto-foto indah, lalu melakukan sesuatu yang di luar batas kemampuan.Â
Menyoal hipotermiaÂ
Buat yang belum tahu, hipotermia adalah kondisi tubuh yang kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuan untuk menghasilkannya. Kondisi ini disebabkan paparan hawa dingin yang berkepanjangan, baik itu udara, air dingin, atau kombinasi keduanya.Â
Oleh sebab itu, salah dalam berpakaian jelas memicu terjadinya hipotermia. Tubuh tidak terlindungi dengan baik  sehingga kehilangan panas dengan cepat.  Apalagi jika makan dan minum yang tidak sesuai. Asupan makanan yang salah tidak membantu tubuh untuk bertahan. Hindari minum alkohol dan obat-obatan terlarang.Â
Orang-orang yang memiliki penyakit tertentu seperti diabetes dan gangguan neurologis juga rentan terhadap hipotermia. Selain itu, ketidaksiapan fisik untuk melakukan perjalanan jauh dan berat. Seyogyanya latihan dulu atau berolahraga selama sebulan, minimal berjalan kaki.Â
Perlu diketahui, tubuh yang mengalami kelelahan sulit untuk menghasilkan dan mempertahankan panas tubuh. Apabila tidak pernah latihan, tubuh menjadi cepat lelah, bahkan sebelum mencapai setengah dari perjalanan. Dan ini akan membuat dilema bagi rombongan, maju terus atau harus berhenti.