Selain sahabat pena dari dalam negeri, saya juga punya sahabat pena dari luar negeri. Saya pernah bersurat-suratan dengan seorang pria yang bekerja di sebuah pabrik di Swiss. Dia sangat antusias membaca tentang adat istiadat Indonesia yang saya ceritakan. Bahkan saya senang mengirim kliping berita tentang kebiasaan masyarakat Indonesia.Â
Kemudian ada seorang sahabat pena yang menjadi dosen di Amerika Serikat. Dia dosen sastra, kami bertemu di Indonesia. Kebetulan dia adalah penggemar penyair angkatan 45, Sitor Situmorang yang menjadi salah satu guru saya di bidang sastra dan politik.Â
Saya juga mempunyai sahabat pena yang tinggal di Inggris. Lucunya kami bertemu di atas kapal laut yang menuju Kepulauan Riau. Dia sangat senang menjelajah di Indonesia, berpetualang dari daerah ke daerah. Setelah dia pulang ke Inggris, kami lalu bersurat-suratan.Â
Sahabat pena yang sangat saya hormati adalah Sitor Situmorang sendiri. Karena dia tidak bermukim di Indonesia. Dia pernah tinggal di Prancis dan menjadi dosen di sana. Namun karena istri terakhirnya adalah wanita Belanda, pada sisa hidupnya dihabiskan di Belanda dan mengajar di Universitas Leiden.Â
Bagaimana dengan kamu? Masih menyimpan surat-surat? Kalau gen Z dan Alpha, tidak usah menjawab.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI