Tanpa sengaja saya menemukan kembali beberapa surat di laci meja rias. Surat-surat ini sudah saya simpan selama lebih dari 30 tahun. Saya tersenyum mengenang masa kejayaan korespondensi, dengan bersurat-suratan kepada sahabat pena yang jauh di mata.Â
Korespondensi secara fisik kini telah lama ditinggalkan. Generasi Z dan Alpha mungkin tidak tahu bagaimana cara dan rasanya bersurat-suratan. Padahal, di masa lalu menjadi andalan untuk mengabarkan berita tentang kita kepada orang-orang terdekat.Â
Sekitar tahun 1990-an era bersurat-suratan secara fisik mulai tergeser oleh email (electronic mail). Meskipun ternyata email sudah ditemukan sejak tahun 1971 oleh Roy Tomlinson dengan membuat program email antar dua komputer,  tapi  baru populer di Indonesia tahun 90-an.Â
Saya masih ingat, ketika saya masih ke kantor pos Pasar Baru untuk mengirimkan sebuah surat. Ada deretan komputer di sudut ruangan. Saya lantas bertanya, mengapa ada banyak komputer di sana. Karyawan pos dan giro menjelaskan, bahwa komputer itu disewakan untuk orang yang ingin mengirim surat elektronik.Â
Saya belum tahu bagaimana membuat dan mengirim email. Lalu, seorang sahabat mengajarkan saya membuat email di Yahoo. Email itulah yang saya gunakan hingga sekarang, walaupun saya juga membuat email di akun google. Email di Yahoo adalah email utama yang saya gunakan.Â
Namun saya tidak memakai email untuk urusan pribadi. Justru setelah surat fisik tergantikan email, saya jadi malas bersurat-suratan secara pribadi. Email diperuntukkan bagi kepentingan di luar itu.Â
Sahabat Pena
Kembali ke surat fisik, saya senang berkorespondensi pada masa kuliah. Saya punya beberapa sahabat pena yang secara rutin bersurat-suratan. Satu sahabat pena, seorang perempuan muslim yang ada di Manado. Saya belum pernah bertemu dengan dia, tapi kami saling bertukar foto. Sayangnya sekarang sudah putus kontak, tak tahu lagi kabarnya..Â
Satu lagi sahabat pena saya seorang prajurit TNI yang mengenal saya melalui tabloid Bola, di mana saya pernah diberitakan menjadi juara karate antar mahasiswa. Prajurit TNI ini juga seorang karateka yang tinggal di Bali. Setelah beberapa tahun, putus kontak juga. Mungkin dia ditugaskan ke tempat lain.Â
Sahabat pena yang pernah bertemu saya adalah seorang guru yang tinggal di Bantul, Yogyakarta. Dia juga seorang penulis yang pernah mendapatkan penghargaan dari Depdiknas pada masa Orde Baru. Tapi saya juga sudah tidak tahu kabarnya.