Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Gerak Trump di Timur Tengah

16 Mei 2025   15:08 Diperbarui: 17 Mei 2025   20:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (dok. reuters)

Dalam beberapa hari ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan lawatan di Timur Tengah. Di Qatar, ia disambut gembira, bahkan mendapat hadiah sebuah pesawat dari Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Tsani.  Kemudian di Arab Saudi Trump disambut oleh Pangeran Muhammed bin Salman. Mereka membicarakan masa depan Suriah.

 Setelah itu, Trump melanjutkan perjalanan ke  Uni Emirat Arab, ia mendapat pelayanan maksimal dari pemimpin negara tersebut, Syekh Muhammed bin Zayed Al Nahyan. Agenda mereka juga membicarakan kawasan Timur Tengah. 

Mengapa Trump mengunjungi negara-negara di kawasan Timur Tengah? Tentu tidak lepas dari tujuan ekonomi dan politik. Amerika Serikat menggenggam kawasan Arab Saudi dengan kuat. Kawasan ini adalah penghasil minyak dan gas yang dibutuhkan Amerika Serikat, sekaligus tempat pemasaran pesawat dan persenjataan. Itulah sebabnya konflik Timur Tengah tidak akan pernah selesai. 

Masalah Suriah 

Trump telah mengeluarkan pernyataan bahwa Amerika Serikat membebaskan sanksi yang dijatuhkan sejak sepuluh tahun lalu. Sanksi itu terkait dengan kepemimpinan Presiden Suriah terdahulu, Bashar Al Assad. Suriah mengalami kesulitan ekonomi karena sanksi tersebut. 

Kini Bashar Al Assad telah digulingkan oleh pemberontak yang didukung Amerika Serikat dan Israel. Kemudian diangkatlah  Ahmed Al Sharaa sebagai presiden yang berkuasa selama masa transisi. Boleh dikatakan, Al Julani tak lain adalah boneka dari Amerika Serikat. Tak heran jika sanksi tersebut lalu dicabut. 

Perlu diketahui, di Suriah terdapat saluran gas bumi yang mengalir hingga Eropa. Dahulu, Suriah di bawah jajahan Prancis.  Eropa bisa mendapatkan pasokan gas bumi dengan mudah dan murah. Sedangkan di bawah kepemimpinan Bashar Al Assad, aliran gas ke Eropa terganggu. Bashar Al Assad lebih memilih menjualnya untuk Rusia. 

Sekarang Amerika Serikat dan Israel leluasa menggunakan gas bumi untuk kepentingan mereka. Israel malah telah mencaplok sebagian wilayah Suriah di mana pasukannya ditempatkan. Segala rencana untuk Suriah telah disiapkan saat pembicaraan dengan Arab Saudi yang juga menyetujui hal itu. 

Masalah Israel 

Di samping mengakui negara Palestina, Trump tetap berusaha agar negara-negara lain mengakui Israel. Ia melakukan lobi, pendekatan terhadap pemimpin-pemimpin Timur Tengah agar tidak memusuhi Israel. Bahkan mereka didorong tetap melakukan transaksi dengan negara tersebut. 

Selama ini kita tahu, jarang sekali terdengar suara keras yang mengecam Israel dari kawasan Timur Tengah. Tiga negara ini, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab terkesan diam saja, meskipun mereka juga mengirimkan bantuan kepada penduduk Gaza.

Bagi Trump, tidak masalah ada Palestina selama Israel diakui. Pengucilan terhadap Israel membuat negara itu terlalu tergantung pada Amerika Serikat. Terlalu banyak dana dan bantuan yang diminta mengakibatkan pemborosan anggaran Amerika Serikat. 

Di sisi lain, Trump berharap akan terjadi peningkatan transaksi senjata dan pesawat tempur untuk memberikan masukan keuangan pada negara. Trump juga menawarkan produk-produk lain agar ekspor Amerika Serikat meningkat. 

Masalah Iran 

Iran akan selalu menjadi ganjalan bagi tujuan dan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Negara adidaya itu tetap yakin terhadap kemampuan nuklir Iran. Malah Trump mengakui bahwa drone yang diproduksi Iran sangat bagus. Dia ingin agar Amerika Serikat bisa menandinginya. 

Pembicaraan nuklir Iran telah dibuka, tetapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang pasti dari Iran. Turki kembali menjadi mediator untuk perundingan ini karena berkawan akrab dengan Iran.  Namun tampaknya, Iran akan sangat berhati-hati mengingat kelicikan Amerika Serikat dan sekutunya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun