Minggu ini menjadi momen penting peristiwa politik dunia, terutama dalam mengupayakan perdamaian. Langkah awal adalah mewujudkan kesepakatan antara dua negara yang bertikai yaitu Rusia dan Ukraina. Turki memainkan peran strategis dalam hal ini.Â
Pembicaraan mengenai gencatan senjata berlangsung di Istanbul, Turki. Setelah mengikuti pertemuan dengan Presiden AS, Donald Trump di Riyadh, hari ini Presiden Turki, Reccep Tayip Erdogan memediasi perwakilan dua negara, Rusia dan Ukraina. Presiden Ukraina, Zelensky sangat berharap bahwa tercapai kesepakatan untuk menghentikan perang.Â
Trump memang merekomendasikan Erdogan sebagai mediator. Ia percaya bahwa Turki adalah negara yang paling pas untuk menjembatani Rusia dan Ukraina. Dia menyukai cara-cara yang dijalankan oleh Erdogan.Â
Tidak salah dengan anggapan Trump. Hal itu tentu berdasarkan beberapa fakta bahwa Turki memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak ada pada negara lain. Turki memegang kartu truf untuk menjinakkan kedua negara.Â
Inilah alasan mengapa Turki menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina:
1. Anggota NATOÂ
Trump memilih Turki sebagai mediator karena Turki adalah anggota NATO. Sebagai anggota NATO di kawasan Timur Tengah, Turki cukup disegani. Meskipun Turki tidak sepenuhnya mengikuti keinginan Amerika Serikat dan sekutunya dalam percaturan politik dunia, Turki tetap dianggap paling pas untuk menjadi mediator.Â
Kalau AS tidak menghormati Turki, maka negara bekas kerajaan Ottoman ini akan menjadi ganjalan tersendiri. Soalnya, kawasan Timur Tengah tidak bisa dikuasai selama Turki masih tegak berdiri. Bagaimana pun Turki memiliki angkatan bersenjata yang tangguh dan salah satu pengimpor senjata dan pesawat tempur dari AS.Â
2. Turki Dekat Dengan RusiaÂ
Turki memiliki hubungan yang cukup akrab dengan Rusia. Selain karena geopolitik sejak dahulu, Turki sering meminta bantuan kepada Rusia. Pada saat AS bersikap sombong menolak pembelian pesawat tempur untuk Turki, maka Turki mengalihkan pembelian pesawat tempur kepada Rusia.Â