"Sama-sama, kebetulan aku juga sendiri. Sekarang mau salat Maghrib dimana?"
Aku menunjuk masjid Sultan Ahmet. "Kamu mau salat di sana juga?"
Ia mengangguk. Kami pun berdiri dan berkemas. Lelaki itu menggulung tikar. Sejenak aku melemparkan pandangan ke arah jalan. Ternyata ada seseorang yang melambaikan tangan kepadaku. Aku terkejut, dia Rian.
Rian menghampiri,"Mbak dari tadi dicari-cari gak ketemu, ditelepon juga gak bisa."
"Lho, aku juga begitu. Sampai pusing kepala mencari kalian."
"Sudah buka puasa?" Tanya Rian.
"Sudah, untung ada yang mengajak. Dia dapat tempat dan gelar tikar," aku berbalik hendak menunjukkan lelaki tadi.Â
Namun aku tidak melihat pria muda itu. Tidak ada sosok gagah yang tadi menemani. Kemana dia?Â
"Dengan siapa mbak? Aku melihat mbak berdiri sendirian di sini," kata Rian heran.
"Tadi sama cowok, gak tahu siapa. Aku belum sempat kenalan," kataku terbengong. Lalu aku memutar pandangan ke sekeliling. Dia tak tampak jua.
Merasa aneh, akhirnya aku mengalihkan perhatian Rian. "Yuk salat dulu ke masjid."