Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Salju yang Jatuh di Wajahmu

4 November 2018   15:12 Diperbarui: 4 November 2018   15:22 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
musim salju (dok.mehmet)

November berlari begitu cepat, membuat aku terhenyak. Mengapa aku masih di sini, terpaku sendiri. Sedangkan engkau ada di sana, di ujung benua. Aduhai, meski November rain melanda sekelilingku, tetapi aku tahu sebentar lagi salju dengan riang  menyerbu negerimu.

Terus terang aku panik. Sudah terlalu berkarat rindu ini mengendap di dasar kalbu. Menyusun mimpi untuk masa depan, yang tak kunjung bisa kita wujudkan. Kemana perginya sang waktu?

Ribuan angan telah mengisi kehadiranmu pada sepinya malam. Seharusnya kita telah lama bersatu, begitu aku menyesali diri.  Entah mengapa aku seperti orang yang tak pernah berlari ke dalam pelukanmu.

Namun mungkin lariku tak secepat jatuhnya salju. Mereka telah berkumpul di angkasa, menertawakan kedunguanku. Sementara angin berhembus kencang melintasi laut Marmara, membawa kabar berita.  Di sana ada tatapanmu yang penuh makna.

"Kemarilah, kekasih. Sebelum salju datang dan aku tak membeku," engkau memanggil melalui dunia maya.

Ah, salju itu selalu membuatku semburu. Ia akan menyentuh wajahmu lebih dahulu dari aku dan dengan lembut membasahi dagumu yang selalu aku rindukan. Seandainya aku di sisimu, aku akan dengan cepat mengusirnya dari kulitmu.

Tidak, salju itu tidak boleh bersinggah lama-lama. Meski butiran-butirannya membuat kelelakianmu semakin nyata. Membuat aku semakin tergoda dan menggila. Dalam dadaku serasa dipenuhi bara.

Akulah  yang yang pantas mengusap wajahmu dengan kehangatan pipiku. Aku yang layak memerahkan kembali bibir yang selalu mengucap "Aku cinta padamu". Dan aku yang mampu menggelorakan nafsu.

"Tunggulah sayang. Jangan biarkan salju mengikutimu. Aku akan datang seperti badai dalam kehidupanmu," balasku sepenuh cemburu.

Kau tak perlu tahu. Betapa aku harus menjungkirbalikkan sang waktu agar dapat bersamamu. Melawan serangan hujan yang menguasai bulan November atau tubuh yang renta karena derita. Kali ini aku harus berpacu agar dapat mendahului serangan salju agar ia tidak sempat menyentuhmu.

Wajahmu, kekasih. Terlalu berharga untuk putihnya salju. Sebagaimana janjimu, kitalah yang akan mempermainkan salju. Bukan salju yang bisa memisahkan kita. Cinta kita lebih berkuasa daripada salju yang telah menunggu di penghujung musim gugur ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun