Senin kemarin, 9 Juli 2018, Recep Tayyip Erdogan resmi dilantik sebagai Presiden Turki untuk periode kedua. Â Erdogan memenangkan pemilu yang digelar pada tanggal 24 Juni yang lalu. Erdogan berhasil meraih suara sekitar 52, 53%.
Kedatangan Erdogan dalam upacara pelantikan disambut dan dielu-elukan rakyat Turki. Bunga-bunga mawar merah yang ditaburkan masyarakat memenuhi mobil dinas yang digunakannya. Pengambilan sumpah jabatan dilakukan di ibukota Ankara.Â
Pelantikan Erdogan sekaligus menandai dimulainya sistem pemerintahan yang baru. Mulai saat ini Turki menerapkan sistem presidensial eksekutif dimana kekuasaan presiden lebih dominan. Karena itu jabatan Perdana Menteri juga ditiadakan.
Semula, jumlah menteri dalam kabinet Turki berjumlah lebih dari 20 orang. Sekarang dirampingkan menjadi hanya 16 orang. Dengan sistem yang baru, Erdogan memilih para menterinya tanpa perlu meminta persetujuan parlemen.
Menurut Erdogan, sekarang ini Turki mengalami perombakan terbesar dalam pemerintahan semenjak keruntuhan kekaisaran Ottoman hampir seabad yang lalu dan juga semenjak  Republik Turki modern didirikan. Perombakan ini dibutuhkan untuk mengembangkan perekonomian dan meningkatkan keamanan.
Masyarakat Turki menyambut era baru kepresidenan Turki dengan gegap gempita. Mereka seakan memberikan lebih banyak kekuatan untuk Erdogan. Sebagai Presiden, Erdogan telah banyak memacu kemajuan bagi bangsa dan negara Turki.
Bagi rakyat Turki, Erdogan adalah pekerja keras yang memperjuangkan kesejahteraan mereka. Banyak fasilitas sosial yang dibangun untuk rakyat. Tidak hanya bandara, tetapi juga sekolah dan rumah sakit. Rakyat mudah mendapat pelayanan tanpa ditarik biaya tinggi.
Beberapa rencana ke depan yang dicanangkan Erdogan adalah membangun perindustrian yang dapat menampung 50 000 hingga 200 000 pekerja. Hal ini tentu akan menyerap pengangguran. Masyarakat Turki akan mengalami peningkatan pendapatan perkapita. Turki semakin mandiri.