Mohon tunggu...
bungtomo
bungtomo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Singapura Ingin RI Bangkrut

5 Juli 2015   18:41 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 6033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sukses menjarah aset-aset Indonesia yang murah ketika negeri ini terkena krisis 1997-1998, Singapura coba mengulanginya dengan mulai menggoyang perekonomian nasional. Aksi itu dilakukan oleh agen-agen Singapura hingga komprador-kompradornya di dalam negeri.

Salah satunya adalah ekonom Nanyang Business School Singapore Lee Boon Keng yang bilang bahwa nilai tukar rupiah bisa ambruk hingga Rp 25 ribu/dolar AS jika Federal Reserve mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya.

Menurut Presdir BCA Jahja Setiaatmadja, pernyataan  Lee Boon Keng itu didasari motif untuk menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Jika Indonesia bangkrut seperti diinginkan Singapura, masyarakat khawatir dan dipastikan memarkirkan dananya ke Singapura.

Teror yang dilakukan Singapura tidak hanya sekali saja seperti yang dilakukan oleh Lee Boon Keng di atas. Pada 17 Juni 2015, Business Times, koran milik Strait Times yang dikelola pemerintah Singapura terang-terangan menulis artikel berjudul ‘Indonesia, Malaysia at risk of repeating 1997-98 meltdown”. Isinya kurang lebih menganalisa bahwa Indonesia bersama Malaysia berpotensi mengalami krisis 1997-1998 kembali.

Belum lagi pada September 2013, DBS Bank Singapura merilis laporan yang ditulis oleh David Carbon, bahwa Indonesia dengan kondisi defisit transaksi berjalannya, akan rentan situasinya mendekati krisis 1997-1998 kembali. Ini menunjukkan bahwa Singapura memang benar-benar punya motif membangkrutkan negara ini. Alasannya simple saja, yakni motif ekonomi, karena jika Indonesia terkena krisis, Singapur bisa menjarah aset-aset Indonesia yang luar biasa dan vital.

Kesuksesan Singapura menjarah aset-aset Indonesia saat krisis ekonomi 1997 memang mendatangkan keuntungan luar biasa bagi negeri itu. Sebut saja, aset-aset Indonesia yang diambil Singapura, seperti Telkomsel, Indosat, BII, Bank Danamon, dan lain-lain. Di BII, Singapur lewat Temasek untung Rp 8,15 triliun karena menjual sahamnya ke Maybank senilai Rp 13,5 triliun, padahal waktu 2003, Temasek cuma mengeluarkan modal Rp 2,2 triliun. Di Danamon, nilai jual bank itu kini sudah mencapai Rp 45 triliun dari ketika Temasek membeli pada 2003 senilai Rp 3,08 triliun.

Singapura juga happy jika Indonesia bangkrut, karena akan menambah duit WNI yang tersimpan di perbankannya.  Tahukah Anda saat ini saja ada ribuan triliunan rupiah milik WNI yang ditempatkan di bank-bank Singapura. Dirut Bank Mandiri Budi G Sadikin menyebut ada orang-orang kaya Indonesia menyimpan uangnya senilai US$ 150 miliar atau Rp 1.500 triliun di bank-bank Singapura. Belum lagi uang perusahaan-perusahaan Indonesia yang nilainya mencapai Rp 1.500 triliun, sehingga total jenderalnya Rp 3.000 triliun.

Tidak heran, kebijakan Jokowi yang berusaha menarik dana WNI dari SIngapura, telah membuat Singapur gelisah dan marah. Komprador Singapura juga mulai bermain di Indonesia dengan melakukan spekulasi rupiah. Adalah Christianto Wibisono yang mengungkapkan fakta adanya tokoh “George Soros” di dalam negeri yang sengaja melemahkan rupiah, terinspirasi oleh aksi George Soros yang pernah membangkrutkan Bank Sentral Inggris pada Desember 1992.

Christianto mengungkapkan fakta bahwa George Soros lokal sengaja ingin menjatuhkan pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Caranya, dengan mempermaikan rupiah melalui contract for difference (CFD) sebesar US$ 10 miliar dengan  hanya bermodalkan US$ 250 juta guna menjatuhkan rupiah sampai Rp 13.800/dolar AS.  Motif George Soros lokal ini akan terungkap aksi dan keberadaannya setelah kabinet di-reshuffle.

Menurut informasi intelijen, Singapura mulai memasang kaki-kakinya di jaringan elit politik agar bisa melobi Presiden Jokowi untuk melakukan reshuffle kabinet. Orang-orang itu adalah Chatib Basri, Sri Mulyani, dan Darmin Nasution.

Chatib Basri dikenal dekat dengan Singapur. Saat jadi Kepala BKPM (14 Juni 2012-1 Oktober 2013), investasi Singapura di Indonesia menjadi yang terbesar. Namun, setelah orang ini tidak menjabat, investasi Singapura di Indonesia dikalahkan oleh Jepang pada kuartal IV-2013 ketika BKPM dijabat oleh Mahendra Siregar.  Selain itu, ketika menjabat sebagai Menkeu, Chatib Basri mewariskan kuarto defisit, yakni defisit perdagangan US$ 6 miliar, defisit neraca pembayaran US$ 9,8 miliar, defisit balance of payment US$ 6,6 miliar, dan defisit anggaran akibat utang LN Rp 2.100 triliun. Bisa dikatakan Chatib nyaris membuat Indonesia bangkrut. Chatib juga tidak mampu membalikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus menurun. Pada zamannya juga, defisit keseimbangan primer APBN terjadi pada 2012 setelah sejak 1990 tidak terjadi. Defisit ini nilainya terus bertambah dari Rp 45,4 triliun tahun 2012 menjadi Rp 96 triliun pada 2013, dan Rp 111 triliun dalam APBN-P 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun