Mohon tunggu...
Emoef Abdu Somad
Emoef Abdu Somad Mohon Tunggu... Guru - Guru yang punya hobby nulis

Nama pena yang biasa digunakan EMOEF ABDU SOMAD. Sampai sekarang saya masih aktif sebagai pengajar di SMP N 11 Tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Play With Me

7 Oktober 2020   09:46 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terasa aneh saat suara itu terdengar, aku seperti terhipnotis. Kucari sumber suara tadi, dan ketemu! Ternyata bunyi musik itu berasal dari mainan yang baru beberapa hari mendiami kamar ini. Pelan dan dengan sedikit takut kudekati benda tersebut. Musik masih terus mengalun. 

Aku sedikit membungkuk untuk memastikan jika tak salah dengar. Tiba-tiba... srokkk! Jendela yang ada di mainan rumah itu terbuka dengan sendirinya. Otomatis kaki mundur beberapa langkah karena terkejut. Kembali kudekati benda itu setelah meredam degup jantung. Jendala kecil itu terbuka, si badut mengangguk-angguk, ada gulungan kertas di kakinya. Gemetar kertas itu kuambil dan dibuka. Kalimat yang tertera tereja perlahan. 

"Play with me!" Tiba-tiba rumah kecil itu mengeluarkan cahaya berwarna-warni, terasa hangat menerpa. Selanjutnya aku seperti dikendalikan kekuatan yang entah berasal dari mana. Terjadilah rentetan peristiwa tersebut. Kejadian yang membuat geger lingkunganku.

 Hujan salju masih mengguyur, rasa dingin semakin menyergap. Baju hangat yang melekat di tubuh ini hanya sedikit melindungi dari cuaca yang mendekati 0C. Selebihnya beku. Ah, andai saja tempat ini diberi perapian. 

Kesedihan menyelimutiku. Wajah Momy dan Dady terbayang. Rindu ini terbungkus rasa sepi. Perlahan jemari meraih rumah si badut. Aku ingin bermain. Baru saja tangan hendak menekan tombol 'play', terdengar pintu digedor dengan keras. Seseorang memanggil namaku. 

"Hary, kau belum tidur, kan?" Itu suara Samantha, sepupuku, anak Paman Sam yang sering berlaku kasar. 

"Harry --" Cepat kutaruh mainan tersebut dan menuju pintu. Saat pintu terbuka, Samantha berdiri dengan membawa sepiring makanan. Tangan kirinya memegang besar potongan besar mince pie.

"Lama sekali, Bodoh!" Samantha menerobos masuk. 

Aku segera bergeser, membiarkan tubuh gemuknya melewati pintu.  Dia menaruh piring tersebut di meja. Pandangannya terlihat jijik saat melihat ruangan ini. 

"Makanlah, dan jangan sekali-kali keluar! Jangan mengacau. Tetaplah di sini. Menjijikan!" Mulut pedas Samantha semakin membuatku bersedih. Kubiarkan gadis itu berlalu. Tak kubalas semua ejekan dia. 

Piring berisi makanan masih tergeletak di meja. Semua hanyalah  penganan sisa. Potongan kalkun yang sudah tergigit, remahan kue jahe, dan puding yang sudah tampak berantakan. Aku mengambil sedikit yang masih tampak bagus dan segera dimasukkan ke mulut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun