Mohon tunggu...
Emi Febrina Ningrum
Emi Febrina Ningrum Mohon Tunggu... -

Pencari makna. "Menulislah, maka hidupmu akan bersejarah" :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gemar Membaca Dimulai dari Keluarga

12 Agustus 2017   10:16 Diperbarui: 12 Agustus 2017   10:26 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kian hari kian pesat. Berbagai alat canggih terus bermunculan. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja namun juga anak-anak. Salah satu alat yang teknologinya berkembang pesat adalah handphone (HP). Kecanggihan HP saat ini tidak hanya dapat dinikmati oleh orang dewasa saja, namun juga anak-anak. Bahkan tidak sedikit anak usia dua tahun telah dikenalkan dengan HP. Sementara itu HP tidak sepenuhnya membawa dampak positif bagi anak-anak. HP menawarkan berbagai aplikasi yang sangat menarik bagi anak-anak. Mulai dari game, kamera dengan berbagai editor menarik, media sosial, dan aplikasi menarik lainnya.

Terdapat berbagai dampak negatif dari penggunaan HP bagi anak-anak jika tidak digunakan secara bijak, salah satunya adalah memicu sikap malas. Kecanggihan aplikasi HP membuat anak-anak kecanduan ketika menggunakannya. Tidak sedikit anak-anak yang menjadi malas untuk belajar dan membantu pekerjaan orang tua karena terfokus bermain HP. Akibatnya prestasi belajar anjlok dan anak menjadi menyepelekan perintah orang tua. Selain itu, masih terdapat banyak dampak negatif dari HP bagi anak-anak seperti bersikap apatis terhadap sosial, mempermudah akses tontonan yang tidak sepantasnya dilihat, bersikap boros, dan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh karena radiasinya.

Generasi gadgetsaat ini ternyata juga berpangaruh terhadap minat baca bangsa Indonesia. Dari data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang saja yang memiliki minat serius untuk membaca. Sementara itu membaca merupakan jendela dunia. Melalui membaca, anak-anak tidak hanya berkembang intelektualnya saja namun juga kepribadiannya. Namun, saat ini minat anak-anak untuk membaca kalah dengan kemenarikan bermain HP.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah dengan gerakan literasi di berbagai Sekolah Dasar (SD). Namun, pada kenyataannya belum semua sekolah melaksanakan program ini. Gerakan literasi ini dapat berlangsung dengan sukses mendongkrak karakter gemar membaca bangsa Indonesia jika dimulai sedini mungkin.

Selain sekolah, pihak yang berpengaruh terhadap keberhasilan gerakan literasi adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi seorang anak. Pengenalan karakter gemar membaca pun pada dasarnya dapat dimulai dari keluarga sejak anak dapat melihat dan mendengar. Anak-anak pada umumnya akan senang ketika didengarkan sebuah dongeng dan diperlihatkan berbagai gambar. Peran orang tua untuk memperkenalkan budaya baca teramat penting. Penyediaan bahan bacaan yang sesuai terhadap perkembangan anak juga perlu diperhatikan. Melalui bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak, maka kemampuan intelektual anak berupa bertambahnya kosa kata dan pengetahuan serta kematangan emosional berupa penanaman berbagai karakter mulia juga akan semakin baik. Oleh karena itu, orang tua perlu membiasakan anak dengan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak. Bukan memperkenalkan anak dengan berbagai aplikasi HP yang menyebabkan kecanduan namun belum jelas manfaatnya.

Untuk melaksanakan budaya gemar membaca pada seluruh keluarga di Indonesia diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Bangsa Indonesia harus saling bahu membahu menjadi bangsa yang cerdas dan berbudi mulia.

Emi Febrina Ningrum

Mahasiswa Pendidikan Dasar konsentrasi Bahasa Indonesia

Universitas Negeri Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun