Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Memberikan Air Hujan Kesempatan Kedua

26 Juli 2025   15:38 Diperbarui: 29 Juli 2025   13:59 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Panen Air Hujan Skala Rumah Tangga (civilengineeringtotalconceptcom.wordpress.com)

"Wah, hujan lagi nih. Pasti nanti banjir dan macet!" mungkin kata-kata itu yang biasa dikeluhkan sebagian orang saat hujan mengguyur, terutama di jam-jam rawan macet.

Ya, hujan tak lagi menjadi hal yang disyukuri sebagian besar orang, karena menyebabkan banjir dimana-mana. Padahal sejatinya hujan adalah anugerah dari Sang Pencipta.

Manusia seharusnya tak mengeluh dengan datangnya hujan karena hujan merupakan tanda-tanda kekuasan Allah. Ironisnya, saat musim kemarau tiba dan cuaca begitu terik, seketika orang meminta datangnya hujan.

Coba kita kembali ke ingatan kita di masa lalu, dimana hujan begitu syahdu. Bahkan sampul buku ini mengingatkan saya dengan puisi Sapardi Djoko Damono "Hujan di Bulan Juni".

Dahulu hujan memang dinanti, sayangnya kini datangnya hujan selalu dikeluhkan banyak orang.

Buku bersampul hijau karya Dr. Ing Ir. Agus Maryono ini memang terinspirasi dari kejadian banjir besar di Jakarta beberapa tahun silam. Bencana banjir dan kekeringan adalah kelalaian kita dalam pengelolaan drainase dan manajemen di Daerah Aliran Sungai (DAS).

Dr. Ing Ir. Agus Maryono sang penulis merupakan dosen UGM, membawa para pembaca untuk memaknai kembali arti dari hujan. Penulis yang berdomisili di Yogyakarta ini memang erat dengan "dunia air" baik dalam hal penelitian maupun pemanenan air hujan. Buku ini mencerminkan latar penulis sebagai pendidik dan peneliti, karena pendekatannya tak hanya praktis namun juga akademis.

Buku yang terdiri dari 8 bab ini memang sangat teknis, berisi step-by-step cara memanen hujan lengkap dengan rumus perhitungan, sehingga dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa ataupun peneliti. Tidak terlalu tebal, namun sarat akan ilmu baru.

Rumah Warga di Negara Bagian Queensland Australia yang dilengkapi Penangkap Air Hujan (dok. pribadi)
Rumah Warga di Negara Bagian Queensland Australia yang dilengkapi Penangkap Air Hujan (dok. pribadi)
Mengelola air hujan sejatinya tidak hanya ditujukan untuk air minum secara langsung, tetapi juga untuk dikelola dengan ditampung (waduk, danau, situ), diresapkan (sumur resapan, biopori) serta campuran diresapkan dan dialirkan melalui saluran alamiah, saluran buatan porus dan lainnya.

Penulis mengajak pembaca dari Gunung Kidul lalu ke Nusa Tenggara Timur hingga ke Australia, melongok implementasi panen air hujan yang telah diterapkan. Meski ditulis hampir satu dekade yang lalu, pembahasannya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. 

Memanen Air Hujan dengan Kolam/ Tandon di Atas dan di Dalam Tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun