Mohon tunggu...
Elvinakey
Elvinakey Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menjejak, supaya diingat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Talib dan Anaknya

1 April 2021   07:30 Diperbarui: 1 April 2021   07:31 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Talib tetap diandalkan menjadi penggerak desa. Meski dia seorang tajir, badannya tidak setajir hartanya. Badannya kurus bak si Bejo yang budiman. Belakangan, dirinya kian kurus lantaran menggarap program-program membangun desa. Pakaiannya sederhana dan kerap menjadi acuan gaya warga desa Gujarat. Di sisi lain, warga nyinyir sering melabeli dirinya sebagai seorang bermuka dua, lantaran kesederhanaan Pak Talib yang dianggap wujud menutupi aibnya sendiri. Kendati demikian, kinerja Pak Talib nyata adanya.

Pembangunan desa menunjukkan angka menaik yang progresif. Akses jalan antar RT/RW disempurnakan. Pun dengan majunya perekonomian warga secara bertahap. Dalam kurun waktu dua tahun, sudah ada sarana irigasi yang memadai dan menguntungkan warga Gujarat. Lagi-lagi, hal ini menjadi lirikan desa lainnya. Mereka menganggap Pak Talib memiliki dedikasi besar bagi desanya. Kesibukan Pak Talib tidak terbendung. Sering ia menjamu kepala-kepala desa di seluruh penjuru negri. Kerap pula ia menjadi seorang pembicara handal di berbagai hajatan desa-desa. Lagi-lagi warga nyinyir menyerangnya. Kesibukannya tersebut dianggap sebagai alasan Pak Talib enggan blusukan. Ada pula yang melontarkan kesibukan sebagai pembuktian bahwa blusukan yang dulunya dilakukan Pak Talib adalah bentuk cari muka semata.

Meski demikian, Pak Talib enggan menanggapi nyinyiran tersebut. Dirinya mengerahkan yang terbaik untuk kesejahteraan seluruh warga desa, tidak terkecuali warga nyinyir. Di tengah kesibukan dan jam terbangnya yang kian melambung, Pak Talib tetap memiliki waktu untuk keluarganya. Si Bungsu dengar-dengar disekolahkan di pulau seberang, guna dapat memiliki ilmu yang lebih tinggi. Sanggup Pak Talib membiayainya. Si Tengah baru-baru ini dinikahkan dengan seorang saudagar kaya dari desa tetangga yang tidak jauh letaknya dari Gujarat. Dari kabar angin yang beredar, mantu Pak Talib tersebut mencalonkan diri sebagai kepala desa juga di desanya. Si Sulung dipercayakan mengelola usaha Pak Talib.

Tidak hanya mengelola usaha, belakangan hari diketahui bahwa si Sulung ternyata berupaya mengembangkan usaha tersebut. Ternyata si sulung membuka usaha inovatif yang cukup menghebohkan warga desa. Usaha tersebut adalah usaha martabak dengan harga kaki lima, namun rasa bintang lima. Usaha dagang martabak tersebut disambut senang oleh warga. Kata mereka, dagangan si Sulung cukup memberikan nuansa manis pada pahitnya kehidupan.

Namanya juga anak Sulung, tentu tidak mau kalah dari ayahnya. Jika ayahnya menjadi idola desa, setidak-tidaknya anaknya bisa menjadi idola kecamatan. Namun, sebelum sampai pada idola kecamatan, pun perlulah anaknya menapaki jalan Pak Talib, yakni menjadi seorang kepala desa. Upaya Sulung untuk mencapai cita-citanya tersebut nyata-nyatanya seperti memberikan toa kepada mulut-mulut warga nyinyir untuk berkomentar. Berita tersebut kini menjadi perbincangan hangat di kedai kopi. "Ternyata Desa Gujarat adalah dinasti Pak Talib," utas seseorang. "Sudah saya bilang dahulu, kalau ada udang di balik senyum Pak Talib," seorang lagi menimpali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun