Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Dongeng Orang Rimba dengan Buku dan Drama Radio

18 Juli 2020   02:56 Diperbarui: 18 Juli 2020   03:23 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku kumpulan dongeng Orang Rimba. (Foto : dokumen pribadi)

"Nenek Sipanjang Janggut merapalkan mantra yang harus dihapal oleh pemuda miskin di hadapannya. Mantra tersebut akan membuka jalan kehidupan yang lebih baik bagi pemuda tersebut."

Tengganai Besemen, pemuka adat Suku Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) meneruskan dongeng "Nenek Sipanjang Janggut". Beberapa Anak Rimba duduk mengelilinginya, mendengarkan dengan serius. 

Tradisi berdongeng masih dilakukan di beberapa kelompok Suku Orang Rimba. Karena tidak memiliki budaya menulis, seluruh dongeng khas Orang Rimba disampaikan dengan lisan. Selain dongeng, seloko, pantun, dan bededekiron (ritual membaca mantra) juga diwariskan secara turun temurun dengan lisan, itu sebabnya Orang Rimba memiliki ingatan yang kuat. Terutama para pemangku adatnya. 

Pada tahun 2007, lewat tulisan Anak-anak muda Rimba yang belajar baca tulis dan hitung, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mengumpulkan dan menerbitkan buku kumpulan dongeng Orang Rimba. 

Saat saya mengelola Radio Benor FM, radio yang dibangun KKI Warsi untuk komunitas Orang Rimba, saya mencoba mengumpulkan cerita dongeng dari Orang Rimba. Saya merekam suara Orang Rimba berdongeng, dari anak-anak, ibu-ibu hingga laki-laki dewasa, semua familiar dan semangat bercerita. 

Bedanya, jika ibu-ibu dan bapak-bapak dari Orang Rimba yang berdongeng tidak risih dengan alat perekam suara. Anak-anak Rimba justru malu jika suara mereka direkam di hadapan saya. Saya lalu mengajarkan mereka menggunakan alat perekam tersebut, lalu membiarkan mereka pergi menjauh dari saya sambil membawa perekam digital saya. Beberapa menit kemudian, mereka mengantarkan perekam tersebut. Mereka merekam sendiri suara mereka. 

Salah satu Anak Rimba memegang voice recorder dan meminta saya pergi menjauh saat dia merekam suaranya sendiri. (Foto : dokumen pribadi)
Salah satu Anak Rimba memegang voice recorder dan meminta saya pergi menjauh saat dia merekam suaranya sendiri. (Foto : dokumen pribadi)

Rekaman-rekaman tersebut saya edit kembali, membuang bagian-bagian yang tidak penting, saya tambahkan latar suara dan musik yang cocok, lalu disiarkan di Radio Benor FM. 

Setiap hari Minggu pagi, penyiar Benor FM juga menceritakan dongeng untuk pendengarnya. Kadang dongeng dari Orang Rimba, kadang dongeng dari wilayah Nusantara yang lain. Kliping koran Kompas hari Minggu dari rubrik Nusantara Bertutur sering saya siapkan di ruang siaran untuk penyiar. 

Beteguh dan Betulus, penyiar Radio Benor FM dari Suku Orang Rimba. (Foto : Elvidayanty/dok. KKI Warsi)
Beteguh dan Betulus, penyiar Radio Benor FM dari Suku Orang Rimba. (Foto : Elvidayanty/dok. KKI Warsi)

Beberapa rekaman dari dongeng rimba yang menarik saya tulis ulang menjadi naskah drama radio. Dibantu teman-teman di KKI Warsi yang menjadi pengisi suara, dongeng Orang Rimba bisa didengar dalam format drama radio. Mengingatkan saya pada masa anak-anak sering mendengarkan sanggar legenda lewat kaset pita. 

Staf KKI Warsi mengisi suara untuk dongeng Kancil dan Mergo. (Foto : Elvidayanty/dok. KKI Warsi)
Staf KKI Warsi mengisi suara untuk dongeng Kancil dan Mergo. (Foto : Elvidayanty/dok. KKI Warsi)
Dongeng, seloko, pantun dan dedekiron adalah budaya lisan Suku Orang Rimba. Saat ini, tidak semua remaja Rimba yang hapal. Ini menjadi kekhawatiran para Orang tua Rimba dan pemangku adat Orang Rimba. Mendokumentasikan dalam bentuk audio, adalah cara saya merawat warisan tersebut. Semoga, suatu hari nanti ada generasi dari Suku Orang Rimba yang peduli dan bisa mendokumentasikan warisan lisan tersebut agar tidak punah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun