Mohon tunggu...
Aciek Rangkat
Aciek Rangkat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rangkater http://acikrangkat.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Point Akad Nikah

12 Oktober 2013   17:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:38 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image taken from : tripwow.tripadvisor.com

“Arinaaaaaaa....!!!!!!!!! suara cempreng Rika membuyarkan seketika lamunan indahku di siang bolong yang panas.

“ Wooiii cuyyyy, manggilnya ga pake teriak – teriak, ga bisa apa? Dah kayak setan kesurupuan aja kamu neh

manggil orang. Ga tau apa, aku lagi berkhayal indah. Dah hampir aja pangeran impianku ngejemput aku, dalam

khayalanku.... ehhhh, teriakanmu bikin pangeranku berubah jadi setan kesurupan. Kampret, Lo.!!!!!” Dengan nada

kesal campur geram, kuomeli Rika.

“Hehehehehehhe.... sorry sorry deh, mangaapppp, Cuinn.” Balas Rika dengan wajah tak berdosanya.

Tanpa mempersilahkan masuk, Rika sudah nyelonong masuk ke dalam rumah. Rika adalah sahabat karibku.

Suka, duka, dan apapun yang menjadi kegalauannya, selalu muara curhatnya ke aku. Kami memang jarang

bertemu, namun intens komunikasi lewat bbm. Kebetulan Rika main ke tempetku, karena dia sengaja ambil cuti

kerja untuk menghadiri acara akad nikah teman deketnya di kantor. Mau mengejar ponit akad nikah, itu yang jadi

alasan, kenapa dia mau bela – belain datang dari Semarang ke Jogjakarta, hanya untuk menghadiri akad nikah

temannya itu. Alasan yang bisa aku terima dengan nalarku. Tapi itulah salah satu keunikan sahabatku, selalu

percaya pada mitos, yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Yahh, namanya juga mitos, bisa percaya

bisa juga ngga, tergantung kepercayaan masing – masing.

“Kok sepi, Rin ? Ibumu ke mana? “ tanya Rika setelah sadar kalo rumahku kosong, tidak ada orang. Cuma

tinggal aku saja.

“Ibu ke tempat kakakku yang di Bandung, kangen cucunya katanya. “ Jawabku singkat

“Baca bbmu semalam, kamu mau ngadirin acara akad nikah temen kantormu? Di masjid kampus UGM? Besok?

Aku ga janji bisa nemenin kamu lho, ya. Aku mau manfaatin hari libur buat ngeboo seharian di rumah, mumpung

Ibuku ga di rumah, hahahahahaha. “ ucapku sebelum Rika mengutarakan maksud dan keinginannya.

“ Ya elah, kamu neh, kamu ga mau apa ngejar point akad nikah yang aku ceritain di bbm semalam? Percaya

ga percaya sih, Cuiinn. Tapi ga ada salahnya kan dicoba. Aku dah ngantongin 5 point neh, hehehehehhe.

Harapanku, tahun ini cuinnt, bisa segera nyusul mereka – mereka yang dah aku datangi akad nikahnya. Dah

bosenn tauuu, kesana ke sini ditanyain mulu, Rika, kapan kawinnnnnn. “ jelas  Rika penuh semangat

Masih dengan topik yang sama, Rika mengulang cerita yang di bbm semalam, tentang keberhasilan temennya

mengantongi point akad nikah.

“Kamu masih ingetkan cerita di bbmku semalam. Temenku tuh seumuran kita ini lah, anak bungsu. Tinggal dia

aja yang belum nikah di keluarganya. You know lah, kalo hidup di kampung tuh, banyak yang nyinyir kalo

seumuran kita tuh belom laku – laku. Nah, temenku tuh dibilangin sama ibunya, suruh sering datang ke acara

akad nikah temen - temennya. Yahh, siapa tau cepet ketularan. Terus, saking semangatnya temenku mau

mengkahiri masa lajangnya, dia turutin apa omongan ibunya itu. Anddd, setelah dia ngantongin 5 point akad

nikah, selang 2 mingguan, mantannya datang terus ngajak merit, cuiiinn. Amazingggg kan???" Terlihat binar

semangat di mata Rika sewaktu menceritakan keberhasilan point akad nikah temennya.

"Ayolah, cuintaku Arin, temenin aku besok yak. Daripada kamu ngebo seharian di rumah, mending ikut aku

besok ke acara akad nikah temenku. Yahhh, kamu ga mesti percaya deh, sama hal-hal  yang gituan. Ehh, siapa

tau lho, besok kamu tiba-tiba ketemu pangeran impian kamu, who knows kan? Hahahahahaha" Goda Rika

sambil nglempar bantal ke arahku.

Bujuk rayu Rika menggoyahkan keinginanku untuk bermalas-malasan di rumah besok. Akhirnya aku

memutuskan untuk menemaninya datang ke acara akad nikah temennya itu.

***

Acara akad nikah dimulai pukul 08.00 WIB. Kami datang terlambat hampir 1/2 jam. Gara-gara miss lebay bin

miss drama queen si Rika,  rempong ma dandanannya. Tapi untungnya, masih ada beberapa orang yang

datang terlambat setelah kami.

Tanpa sengaja aku menginjak kaki orang di sebelahku sewaktu aku mau duduk. Subhanallah, Allah begitu

sempurna menciptakan kaum adam yang ada di sebelahku. Batinku saat itu ketika melihat cowok yang aku injak

kakinya.

“ Aduuhhh, mas. Maaf ya, ga sengaja nginjak kakinya.” Ucapku

“ Oh, ga apa kok, Mbak.” Jawab cowok itu singkat.

Bahasa tubuhku terlihat jelas, bahwa aku kurang nyaman duduk bersebelahan dengan cowok yang aku injak

tadi. Kurang nyaman, karena aku merasakan ada sesuatu yang entah, aku sendiri tidak bisa mengartikannya.

***

“ Arinnnn!!!!!!!! Selamat ya... busyettt dah. Ga nyangka neh, ternyata kamu duluan yang melepas masa lajang.

Masih seminggu lagi kan, akad nikahnya? Semoga akad nikahmu ini menjadi point akad nikah terakhir ku ya,

hahahahahahahahhaha.” Suara rika terdengar nyaring di telingaku, ketika aku menelpon dia memberitahukan

perihal pernikahanku.

Sepintas aku memandangi undangan pernikahanku, sambil tersenyum sendiri serasa tidak percaya atas

keajaiban dan kekuasaan Tuhan. Antara percaya dan tidak percaya. Seandainya aku tidak ikut menemani Rika

menghadiri acara akad nikah temannya 3 bulan yang lalu, mungkin sekarang aku masih sibuk mencari belahan

jiwaku. Afri namanya. Calon suamiku. Cowok yang tidak sengaja aku injak kakinya di acara akad nikah

temennya Rika. Antara percaya dan tidak percaya dengan mitos point akad nikah. Namun yang aku percaya

adalah bahwa Jodoh itu tidak bisa ditebak, dan datangnya kadang dengan jalan yang tidak kita duga. Masalah

cerita kebenaran point akad nikah temannya Rika, menurut aku adalah hal yang kebetulan saja. Buktinya, aku

baru sekali menghadiri akad nikah, bisa langsung mendapatkan jodoh. Aku pun tersenyum geli, teringat betapa

semangatnya dan tidak patah arang  Rika mengejar pointya  akad nikah, walaupun sampai sekarang dia belum

juga menemukan separuh jiwanya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun