Walaupun hanya sanak famili terdekat paling sedikit yang Pantau-an (Menjamu) pengantin dua puluh sampai tiga puluh keluarga.
Tantangan terberatnya adalah sang pengantin ditengah terik matahari dimana payung dayang-dayangnya tidak mampu lagi menahan panas tetap harus anggun layaknya pengantin yang memakai high hils lengkap dengan sanggul dan tusukan bunganya, dengan makeup tebal serta baju kebayanya.
Untuk mempelai pria biasanya memakai kemeja putih, atau jas, celana dasar, sepatu lengkap dengan Kopiah. Rumah-rumah di desa-desa Kota Pagaralam kebanyakan rumah panggung jadi pengantin harus naik tangga-tangga tinggi untuk melaksanakan kewajibannya untuk mengunjungi rumah-rumah yang Pantau-an (menjamu) sampai tuntas.
Setelah dari pagi Pantau-an /menghadiri jamuan dengan high hils sang pengantin biasanya pulang kerumah istiraht sebentar dan melanjutkan akad nikah (Ijab Kabul), malamnya pesta. Ribet ya !
Ribetnya Tradisi Pantau-an adalah suatu bentuk ucapan selamat datang kepada sang pengantin pria atau wanita yang menikahi salah satu warga desa tersebut. Selamat datang karena telah menjadi bagian dari masyarakat desa tersebut.
Selain ucapan selamat datang Pantau-an adalah cara untuk memperkenalkan pengantin kepada masyarakat desa, pengantin yang akan menjadi bagian dari masyarakat, bagian dari adat budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI