Buku dengan judul"Peradong dalam Bingkai Historis" ini merupakan kumpulan kisah dan cerita dari Kampung Peradong yang berbalut sejarah dan budaya. Berawal saat hendak membuat dan mengumpulkan bahan skripsi saat studi di STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik (sekarang IAIN) tahun 2007-2008.Â
Kala itu mengangkat sebuah tradisi yang ada di Peradong, yakni Sedekah Kampung, yang mengangkat sisi nilai-nilai pendidikan Islam. Isi dari tulisan dalam buku ini banyak dimulai pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020, yang sebagian telah terpublikasi di media masa lokal (Koran) dan buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal yang diprakarsai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangka Barat. Tulisan ini bertema seputaran cerita yang berkaitan dengan Peradong, yang juga sebagai tanah kelahiran penulis.Â
Akhirnya, kumpulan tulisan tersebut penulis tata dan benahi agar menjadi sebuah tulisan yang layak untuk dikonsumsi sebagai layaknya sebuah buku. Agar kemudian secara rekam jejak dapat terdokumentasikan dengan baik dan dapat ditelusuri tidak hanya melalui media digital saja.Â
Buku ini merupakan jerih keringat anak negeri yang berusaha mengangkat informasi-informasi lokal yang berselimut nilai sejarah di dalamnya. Selain itu, penulis juga terinspirasi dari mengikuti kegiatan Bimtek Penulisan Sejarah (Lokal) yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI, bidang Sejarah pada bulan Juli 2020. Buku ini dapat terbit karena dorongan hati nurani yang didukung oleh pemerintah desa (Peradong), sehingga dapat menjadi salah satu sajian buku.
Terima kasih tak terhingga kepada semua yang telah terlibat dalam penulisan ini, baik sebagai pembimbing, pendamping, teman, rekan kerja dan lain sebagainya. Teruntuk Bapak Akhmad Elvian (Sejarawan Babel) yang telah sudi memberikan pengantar buku ini dan kepada Kepada Desa Peradong yang memberikan sambutan dan bantuan pencetakan buku ini. Terimakasih juga tak terhingga penulis haturkan kepada rekan pecinta, pemerhati, dan penulis sejarah lokal; Bang Seno (Bambang Haryo Suseno), Bang Ferhad (Muhammad Ferhad Irvan), Bapak Fachrizal Abu Bakar, Suwito Wu, Agung Purnama, penulis bangga dan terimakasih untuk saling berbaginya.
Saat ini, buku masih dalam proses cetak oleh Penerbit Tata Akbar Bandung dengan nomor ISBN 978-623-6510-56-8. Semoga proses cetak berjalan lancar dan segera mendarat di pulau Bangka.
Semoga tulisan dalam buku ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pembaca semua. Berharap agar seluruh generasi muda (yang juga jadi pembaca) tumbuh semangat untuk menulis, guna mengembangkan nalar kritis terhadap dimensi yang selalu berganti, serta tumbuh rasa keingintahuan tentang sejarah-sejarah lokal.
Pengantar buku:
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangka Barat:Â
Buku "Peradong dalam bingkai historis" karya saudara Suryan Masrin dapat hadir melengkapi khasanah budaya dari Bangka Barat. Sebagai buku kumpulan tulisan sejarah-budaya lokal, tulisan yang dimuat dalam buku ini semakin menegaskan kekayaan budaya yang ada di Bangka Barat. Dalam beberapa tahun terakhir ini memang Bangka Barat sedang bergairah dalam melakukan pelestarian sejarah lokal.Â
kemunculan penggiat sejarah muda (seperti Suryan) yang menggali kekayaan sejarah lokal menjadi angin segar bagi upaya kemajuan daerah khususnya di urusan budaya. Sejalan dengan semangat Pemajuan Kebudayaan yang belakangan ini digiatkan secara nasional, serta fokus pemerintah daerah dibidang sumber daya sejarah daerah sebagai bagian dari strategi pembangunan yang menyeluruh di Bangka Barat, mengarahkan pengumpulan dan penggalian sumber-sumber sejarah lokal menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memberikan apresiasi dan terus mendorong budaya menulis bagi para penggiat dan peneliti sejarah-budaya di Bangka Barat untuk merekam pengetahuan, dokumentasi, dan informasi terkait kekayaan sejarah dalam bentuk tulisan ilmiah.Â
Rekaman yang akan diwariskan kemudian, sebagai ingatan komunal bahwa orang Bangka memang bangsa yang kaya dengan sejarah dan kejayaannya di masa silam. Selain itu karya Saudara Suryan ini semoga juga akan berguna bagi penguatan generasi muda dimasa mendatang atas kesadaran/jati diri mereka, khususnya sebagai orang Bangka, generasi Indonesia masa depan.
Suryan Masrin adalah salah satu teladan bagi penggiat sejarah muda dari Bangka Barat. Tematik tulisannya memiliki kekhasan. Galian data dan informasi yang dikumpulkan pun unik. Merujuk kepada kecintaannya sebagai Muslim dan tanah kelahiran: Desa Peradong. Ada 60 desa di Bangka Barat dan jika keteladanan Suryan Masrin mampu menggugah pengiat muda lain, tidaklah mustahil Bangka Barat akan memiliki khasanah literasi sejarah lokal yang kaya raya.
Datu' Akhmad Elvian, DPMP (Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Penerima Anugerah Kebudayaan):
Buku "Peradong Dalam Bingkai Historis" karya Suryan Masrin, menjadi menarik untuk ditelisik karena berisi catatan tentang toponimi Kampung Peradong, tinggalan- tinggalan purbakala yang unik seperti manuskrip lama, jejak hadirnya Islam, aktivitas kebudayaan masyarakat dalam adat istiadat, sistem religi dan kepercayaan, sistem mata pencaharian hidup masyarakat serta keberadaan komunitas perkampungan Cina.Â
ejarah dan kebudayaan yang ada di kampung Peradong berusaha digali, didokumentasikan dan ditampilkan penulis dalam buku yang cukup representatif dengan pendekatan historiografi melalui sumber lisan, tulisan maupun sumber benda. Penulis berusaha mengungkap sebanyak mungkin aktivitas masyarakat kampung Peradong, bukan hanya mengungkap sejarah tokoh atau orang penting masa lampau. Buku ini menjadi bagian dari sejarah lokal, untuk memperkaya informasi tentang kekayaan sejarah dan budaya kampung-kampung yang ada di pulau Bangka.
Sejarah tentang kampung di pulau Bangka menjadi sangat penting dan menarik untuk dikaji dan ditampilkan, karena kampung merupakan tempat dan pusat masyarakat Bangka membentuk kebudayaan dan peradabannya. Keberadaan kampung di pulau Bangka memiliki arti yang penting karena kampung merupakan wilayah teritorial terkecil di pulau Bangka setelah wilayah yang disebut/dikepalai oleh batin, krio, patih/proatin, depati dan tumenggung.Â
Kampung di pulau Bangka dikepalai oleh seorang kepala kampung disebut juga dengan Gegading. Buku ini cukup runut menuliskan tokoh-tokoh yang pernah menjadi gegading di kampung Peradong. Kampung di pulau Bangka awalnya terdiri dari sekitar 10 hingga 40 bubung rumah yang mengelompok dan dibangun berdasarkan arah mata angin serta tergantung juga pada posisi letak ladang atau ume, posisi sungai, posisi Aik Tumbek (sumber mata air di tengah hutan) dan posisi lingkungan alam sekitarnya sebagaimana halnya kampung Peradong yang dibangun dekat sungai Pelangas yang bermuara ke laut.
Kebutuhan terhadap sebuah tulisan sejarah dan budaya tentang pulau Bangka adalah sesuatu yang sangat penting dan mendasar, mengingat sejarah dan budaya pulau Bangka selama ini belum terekam dengan baik dalam bentuk tulisan sejarah sehingga cerita-cerita lisan atau sastra lisan dan interpretasi-interpretasi terhadap sumber-sumber sejarah dan budaya tentang pulau Bangka begitu mudah terlupakan.Â
Dokumentasi sejarah dalam bentuk buku seperti buku Peradong Dalam Bingkai Historis di samping cerita-cerita lisan atau sastra lisan tentang budaya dan sejarah kampung- kampung di pulau Bangka saat ini sangat penting untuk sumber edukasi, inspirasi dan rekreasi, terutama untuk menumbuhkan semangat kesadaran sejarah dan kesadaran budaya serta kecintaan generasi muda pada bangsa dan negara.Â
Kampung-kampung di pulau Bangka umumnya memiliki sejarah atau keterkaitan dengan satu peristiwa sejarah baik dalam bentuk little historical event maupun great historical event dalam konteks berbagai masa atau priodesasi sejarah, mulai dari masa kekuasaan kerajaan-kerajaan tradisional di Nusantara, masa penjajahan bangsa asing kulit putih dan masa pasca kemerdekaan serta sejarah penamaan tempat atau toponimi. Sejarah dan budaya kampung-kampung tersebut kemudian diulas sesuai dengan konteks dan latar belakang peristiwa sejarah yang melingkupinya.
Sambutan
Rupain, S.Sos (Kepala Desa Peradong):
Kehadiran buku Peradong dalam Bingkai Historis yang ditulis oleh Suryan Masrin sangat bermanfaat untuk menjadi bahan bacaan dan rujukan para peminat sejarah. Disamping itu, buku ini pun berguna bagi pengembangan kepariwisataan sejarah dan menambah wawasan bagi masyarakat. Penulis menyajikannya dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dan memiliki kekuatan bukti sejarah yang masih terjaga. Itu berarti penulis memahami benar kondisi sejarah di desa ini.Â
Dengan demikian, pengembangan pariwisata sejarah bisa terus dikembangkan sehingga potensi wisata di Desa Peradong khususnya dan Bangka Barat umumnya dapat terus diberdayakan dan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga bisa menghargai sejarah.
Berangkat dari peninggalan sejarah yang masih ada dan kemampuan penulis berkomunikasi dengan berbagai sumber, penulis seakan memberikan pandangan bahwa sejarah itu tidak pernah hilang atau bahkan mati, implementasi untuk seterusnya menjaga pengetahuan sejarah yang ada. Dengan demikian, informasi yang masih ditemukan bisa menjadi referensi dalam menemukan juga informasi lain terkait peninggalan sejarah di daerah.
Melalui bahasa yang mudah dicerna para pembacanya serta dikuatkan dengan tulisan asli peninggalan sejarah, buku ini menjadi lebih berdaya untuk mampu menguak kondisi perjalanan penyebaran islam dan adat budaya pada masanya sehingga mampu memberikan warna lain dalam memberikan pengetahuan kepada para pembacanya. Dengan cara seperti ini seharusnya mampu menjadi penghubung antara cerita masa lalu dan masa kini. Dampak positifnya, dengan adanya bukti sejarah yang masih dijaga, menyadarkan masyarakat bahwa ilmu yang diabadikan dalam tulisan akan terus membuat penulisnya bisa diingat di masyarakat dan dicatat dalam sejarah, meskipun tinggal nama.
Oleh Suryan Masrin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI