Mohon tunggu...
Elok R Hikmah
Elok R Hikmah Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Bukan malaikat, bidadari apalagi :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Sih Mahasiswa Harus Idealis?

19 September 2020   18:04 Diperbarui: 19 September 2020   18:10 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seringkali kita temui, banyak orang yang ketika dulunya ia menjadi mahasiswa sering melontarkan cuitan-cuitan kritis yang ditujukan kepada Rektor, pimpinan lembaga, Pemerintahan, atau jajaran kaum elite atas lainnya.

Namun, ketika sudah melepas masa perjuangannya sebagai mahasiswa, ia justru menjadi sasaran empuk para anak-anak mahasiswanya untuk menembakkan peluru krtitikan, seperti berdemo, misalnya.

Sebut saja sosok Fahri Hamzah, wakil Ketua DPR RI yang tahun lalu paling disorot lantaran ia menjadi salah satu sosok yang berdiri di dalam lembaga yang merupakan obyek utama aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP).

Fahri Hamzah menjadi salah satu bintang yang kerap menjadi tamu undangan dalam beberapa acara talkshow dan diskusi dalam siaran-siaran televisi. Salah satunya yang saya ingat yakni menjadi tamu di acara Mata Najwa, di sela pembahasan, Mbak Nana sempat menyinggung bahwa dulu Fahri Hamzah merupakan kakak tingkatnya di UI yang getol menyerukan keruntuhan rezim orde baru dan kerap melakukan demonstrasi bersama mahasiswa lainnya. 

Namun kini, hal itu bak menjadi boomerang, lantaran sekarang Fahri sendirilah yang kerap di demo oleh mahasiswa bersama rekan-rekannya di kursi perwakilan rakyat.

Menanggapi hal itu, Fahri hanya menjawab setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya.

Hal itu mengingatkan saya pada saat jam mata kuliah Pengantar Jurnalistik, saat itu saya tengah duduk di semester tiga. Adapun sistem belajarnya yakni dengan presentasi, tema yang diangkat waktu itu mengenai Kode Etik Jurnalistik, ketika si pemateri selesai membacakan naskahnya, langsung banyak teman yang mengangkat tangan tanda ingin bertanya.

Seperti biasa, dalam dinamika perkuliahan, ada mahasiswa yang bertanya karena ingin dilihat dan diakui oleh dosen bahwa ia sosok yang aktif, dan bla bla bla, padahal pertanyaan yang ia ajukan merupakan hasil copas dari google, ada juga yang bertanya dengan panjang kali lebar kali tinggi, padahal intinya kalau disimpulkan ya hanya butuh delapan hingga sembilan kata saja, tapi, ada juga sosok mahasiswa yang memang bertanya karena rasa ketidaktahuannya secara mendalam dan langsung menyampaikan pertanyaannya dengan tas tes (bahasa Jawa : Lugas).

Dari sekian pertanyaan yang diajukan saat itu, hanya satu pertanyaan yang memang benar-benar saya ikuti dan dengarkan. FYI, saya merupakan mahasiswa yang sangat jarang sekali mendengarkan penjelasan dosen apalagi ketika presentasi dan yang jadi presentator itu teman sendiri, hmmm, boro-boro ...

Yah maklum, saya merupakan mahasiswa yang juga nyambi kerja dari pagi, jadi ketika kuliah malam tinggal capek dan ngantuknya, hehe ..

Oke kembali ke pembahasan, ada satu pertanyaan yang dilontarkan dan  membuat saya juga ingin segera tahu apa jawabannya. Pertanyaan tersebut yakni, "Bagaimana jika seorang jurnalis tidak mematuhi dan malah melanggar kode etik jurnalistik?" si pemateri langsung menjawab "ya akan diproses sesuai hukum dan ditindak dengan ketentuan yang sudah ditetapkan sesuai UU Pers dan kode etik jurnalistiknya, serta tidak akan tercipta namanya Jurnalisme jujur dan ideal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun