Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kain Kafan

9 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 9 Agustus 2022   05:50 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sautu waktu, ketika  sudah datang Izrail. Untuk mencabut nyawamu.  Pada saat itu semua akan menggigil. Penuh kedinginan. Badan tak lagi hangat.  Beberapa saat kemudian sekujur tubuhmu akan terbungkus kain kafan. Saat itu fardu kifayah akan berlaku pada dirimu. Semua harta benda, sanak saudara, anak dan istri, rumah mewah akan tinggal. Emas berlian yang terpasang dijari, di tangan di leher ditelinga dan dimana saja akan dilepas. Tidak ada yang diizinkan untuk ikut satupun denganmu.

Setelah engkau dimandikan. Kain putih yang dibalutkan. Baju baru yang ada di lemari, sepatu baru, jas baru mukena baru, bedak baru, tas baru, mobil baru, rumah baru mengkilat dan bertingkat bak istana, uang berjuta-juta serta deposito di bank  dan semua barang apapun yang engkau cintai dan miliki semua akan ditinggal. Setelah engkau dishalatkan di depan imam engkau di letakkan. Yang biasanya engkau berdiri di belakang imam, kini engkau dibujurkan di depan imam dan di depan semua jamaah. Setelah itu kepusaramu kau diantarkan

Kau ditinggalkan di dalam kubur yang gelap gulita. Disana tidak ada lampu penerang, disana tidak ada senter, disana tidak ada obor, disana tidak ada bulan dan matahari, disana juga tidak ada bintang. Yang ada hanya gelap. Gelap gulita, panas membara, disana tidak ada udara.

Setelah masuk ke kubur, berselimut kain kafan, beralaskan tanah, berbantalkan tanah, tidur sendirian tiada teman, tiada sanak saudara. Tiada ayah, ibu, kakak, adik, kakek dan juga nenek. Hanya sendiri. Betul-betul sendiri. Mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Andai nasib baik maka syurgalah tempat yang akan dituju. Andai nasib celaka maka nerakalah tempat yang akan dituju.

Dunia yang fana telah ditinggalkan. Tiada lagi terdengar hiruk pikuk kehidupan dunia. Kini alam sudah berbeda. Yang dihadapi adalah malaikat siang dan malam setiap waktu. Kain kafan berangsur koyak, bahkan hancur dimakan tanah. Kulit mulus berubah jadi mangsa cacing tanah, dimangsa ular, lipan dan kalajengking.

Disana tiada lagi bantuan. Disana tiada lagi tempat mengadu. Tak ada saudara, ibu dan ayah yang akan menolong. Hanya sendiri. Menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari malaikat mungkar dan nakir.

Mari semua yang punya diri. Kita ingat itu sebelum terlambat. Tiada kata terlambat untuk bertobat. Tiada kata terlambat untuk menyadari kesalahan diri kita. Tiada kata terlambat untuk mengumpulkan pahala. Tiada kata tery untuk berbuat baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun