PELANGI DITINGGAL OLEH AYAHNYA
Sepertinya air mata dalam mengarungi hidup memang sudah menjadi teman setia bagi seorang Pelangi. Betapa tidak, baru saja seratus hari ibunya meninggal dunia yang mana tanah kuburan sang ibu masih merah dan belum ditumbuhi rumput, akan tetapi sang ayah datang untuk minta izin bahwa dia akan menikah lagi. Ayah Pelangi akan menikahi seorang perempuan janda yang sudah beranak dua.
Mendengar kata-kata ayahnya, telinga Pelangi serasa disambar petir. Dia tidak menyangka hal itu yang akan keluar dari mulut ayahnya. Betapa sedihnya hati pelangi mendengar permintaan sang ayah, dia tak tau lagi apa yang hendak dikatakannya. Rasa benci terhadap ayahnya tak bisa dielakkan tersirat begitu saja di dalam hati.
Ingin marah sama ayah takut dibilang anak durhaka. Kalau tak marah rasanya jantung hati dah bengkak penuh dengan rasa kesal. Terpaksa mulut dikatupkan dan semua perkataan di tahan sejenak. Biarkan air mata keluar membanjiri pipi sambil menghela nafas biar dada agak lapang. Sesaat kemudian Pelangi berusaha untuk membuka mulut. Sambil menangis dan terisak dia berkata kepada ayahnya dengan kalimat yang terbata-bata.
"Ayah...kenapa ayah mau menikah secepat ini"
"Saya tidak menyangka ayah"
"Begitu tega ayah kepada kami"
"Baru saja ibuku meninggal, baru saja ayah, rasanya baru semalam"
"Ayah lihat itu kuburannya ibuku nampak dari sini ayah"
Pelangi menunjuk ke pusara ibunya.
"Tanahnya masih merah ayah"