Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Senja (Bagian Ke-14)

28 Juni 2022   05:39 Diperbarui: 28 Juni 2022   05:43 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PELANGI DITINGGAL OLEH AYAHNYA

Sepertinya air mata dalam mengarungi hidup memang sudah menjadi teman setia bagi seorang Pelangi. Betapa tidak, baru saja seratus hari ibunya meninggal dunia yang mana tanah kuburan sang ibu masih merah dan belum ditumbuhi rumput, akan tetapi sang ayah datang untuk minta izin bahwa dia akan menikah lagi. Ayah Pelangi akan menikahi seorang perempuan janda yang sudah beranak dua.

Mendengar kata-kata ayahnya, telinga Pelangi serasa disambar petir. Dia tidak menyangka hal itu yang akan keluar dari mulut ayahnya. Betapa sedihnya hati pelangi mendengar permintaan sang ayah, dia tak tau lagi apa yang hendak dikatakannya. Rasa benci terhadap ayahnya tak bisa dielakkan tersirat begitu saja di dalam hati.

Ingin marah sama ayah takut dibilang anak durhaka. Kalau tak marah rasanya jantung hati dah bengkak penuh dengan rasa kesal. Terpaksa mulut dikatupkan dan semua perkataan di tahan sejenak. Biarkan air mata keluar membanjiri pipi sambil menghela nafas biar dada agak lapang. Sesaat kemudian Pelangi berusaha untuk membuka mulut. Sambil menangis dan terisak dia berkata kepada ayahnya dengan kalimat yang terbata-bata.

"Ayah...kenapa ayah mau menikah secepat ini"

"Saya tidak menyangka ayah"

"Begitu tega ayah kepada kami"

"Baru saja ibuku meninggal, baru saja ayah, rasanya baru semalam"

"Ayah lihat itu kuburannya ibuku nampak dari sini ayah"

Pelangi menunjuk ke pusara ibunya.

"Tanahnya masih merah ayah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun