Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Senja (Bagian Ke 13)

27 Juni 2022   04:16 Diperbarui: 27 Juni 2022   05:26 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KEHIDUPAN PELANGI SETELAH IBUNYA MENINGGAL.

Satu Minggu setelah kepergian ibunya, Pelangi terpaksa harus balik lagi ke Padang karena dia punya tanggungjawab besar yakni mengajar anak-anak mengaji. Setelah minta izin sama ayah dan abangnya, maka Pelangi pun pergi. Dia balik sendirian karena kakaknya Darmi sudah pergi terlebih dahulu ke kota Padang.

Alangkah berat rasanya kaki Pelangi untuk melangkah. Betapa tidak yang iya tinggalkan kini cuma ayah dan abangnya tanpa ada ibunya lagi. Air mata kembali menetes di pipinya. Seperti makan buah simalakama. Dimakan mati mamak tak dimakan mati bapak. Tapi dia harus kuat bagaimanapun keadaannya. Dia menguatkan hatinya walau pergi dengan deraian air mata.

Di dalam bus dia terus menangis teringat sang ibu yang sudah tiada, terbayang ayah dan abangnya yang dia tinggalkan. "Ya Allah...hanya engkaulah yang tau bagaimana perasaanku. Bukan aku tak sayang sama ayah dan bangku, tapi ada ratusan anak-anak yang juga membutuhkan ilmu dariku", begitulah gumamnya didalam hati. Mobil terus melaju dengan kencang hingga sampailah dia di kota Padang.

Keadaan Pelangi yang tidak stabil membuatnya seakan seperti orang gila. Tiada hujan tiada panas tiba-tiba air matanya tumpah tanpa sebab. Bagi orang yang melihat keadaan itu tentunya akan jadi sebuah pertanyaan ada apa dengan anak ini. Namun apapun itu hanya dia dan Allah lah yang tau keadaan hatinya kini.

Satu hari dia istirahat saja di kosnya. Setelah beban hati terasa agak ringan. Keesokan harinya Pelangi mencoba lagi untuk pergi ke MDA. Dia menguatkan hatinya bagaimana agar air matanya tidak tumpah lagi. Tapi ternyata dia tidak bisa. Saat lagi asyiknya ngajar tiba-tiba seakan dia mendengar suara ibunya memanggil -manggil, maka seketika itu kembali air matanya tumpah di depan semua murid-murid.

Melihat keadaan itu tentu murid-muridnya bertanya. "Ada apa Bu, kenapa ibu menangis. Apa kami ada yang nakal Bu" kata salah seorang muridnya. "Tidak nak...mata ibu cuma kelilipan" katanya menenangkan sang murid. Beginilah terus keadaan Pelangi selama lebih kurang dua bulan lamanya setelah ibunya tiada.

Seratus hari setelah kepergian ibu tercinta, lalu Pelangi kembali pulang ke kampung halaman. Sudah jadi adat istiadat kampung bahwa seratus hari setelah kepergian seseorang, keluarga kembali mengadakan acara kirim doa kepada almarhum/almarhumah, begitu juga yang terjadi di keluarganya. Karena itu Pelangi pulang lagi ke kampung untuk ikut acara tersebut.

Sesampainya di kampung dia bergegas masuk ke rumah. Berapa kagetnya yang dia lihat cuma abangnya yang ada di rumah. Saat itu juga dia menyapa abanganya.

"ayah kita kemana bang",

"Ayah kita sudah pergi dek ke rumah keluarganya. Semua kainnya ayah sudah dibawanya ke sana",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun