Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Palembang Sering Banjir? Karena Namanya Palembang!

29 Desember 2012   03:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:52 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dulu saya hendak membuat postingan menyangkut Ulang Tahun Kota Palembang ke 1329 di blog pribadi saya disini, saya bertemu dengan kalimat menarik di website Kota Palembang,

"...saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.."

Nah, sebenarnya  itulah jawaban kenapa Kota Palembang Sering banjir. Palembang, sebagaimana wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya yang memang didominasi rawa dan lebak. Pertumbuhan penduduk, pergeseran budaya menjadi kota metropolis  mau tidak mau menyebabkan pertumbuhan Kota Palembang jadi sedemikian pesat. Rawa dan lebak mungkin telah banyak ditimbun dan disulap menjadi kawasan real estate.

Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Palembang Tahun 1999-2009 saja, wilayah Kota Palembang  30% nya adalah rawa. Saya kira jumlah tersebut sudah semakin mengecil kini. Hal yang membuat daerah resapan air di Kota Palembang semakin berkurang. Sedangkan air, dia terus saja bergerak menuju tempat yang lebih rendah. Mengalir dan mengalir, maka banjirpun terjadi.

Lalu, apa pembangunan Palembang harus dihentikan ? Ah, masa iya. Amsterdam, Rotterdam, dan kota-kota lain di Belanda yang berakhiran "Dam"  itu  toh tetap eksis. Sebab Mereka punya tenaga ahli yang bisa mengatur drainase air dengan baik saat mereka membendung laut menjadi kota-kota mereka itu. Mencontoh yang baik, apa salahnya toh.

Begitulah. Jadi, tidak aneh sebenarnya jika Kota Palembang sering banjir karena memang tempat tergenangnya air. Karena itulah namanya Palembang.  Selain itu, rawa dan lebak itu telah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan lain-lain. Siapapun Gubernur dan Walikotanya, Palembang memang harus memikirkan bagaimana cara air mengalir dengan baik dan tidak menyebabkan banjir ini. Peer besar memang. Tidak hanya pemerintah yang harus aktif memikirkan solusi dan regulasi,  masyakarat juga harus perduli dan aktif. Paling tidak, jangan buang sampah sembarangan. Aktif  memperhatikan dan menjaga kebersihan dan kelancaran parit dan selokan di lingkungan masing-masing. Yang pengusaha real estate,  ya jangan serakah main urug dan bendung rawa, pikirkan drainase airnya.

Hanya pendapat pribadi setelah menikmati secangkir kopi ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun