Sepadankah kerugian akibat konflik dengan keuntungan yang diterima masyarakat?Â
Bagi saya, ini yang harus dilihat dengan jeli dan bijak. Sepanjang masyarakat (bukan hanya pengusaha kaya pemilik kebun alpukat) mendapat keuntungan.Â
Sistem bisa diperbaiki untuk mengurangi konflik, baik konflik lahan, terkait air, tenaga kerja, pemasaran dll, ya sepadanlah. Meski menuju ke sana dunia butuh waktu yang panjang.Â
Kita tahulah dunia kartel dan bagaimana perjuangan negara berkembang di Amerika Latin untuk menghidupkan esksistensi diri dan marwah bagi masyarakat dan negaranya. Semoga kelak teratasi. Paling penting, semoga alpukat sebagai komoditi pertanian mampu mensejahterakan petaninya.
Begitulah. Sekali lagi, suka buah alpukat. Dimakan segar begitu saja enak. Kadang dibuat ek krim KW dengan mengaduknya dengan sedikit susu kental manis dan es batu, enak juga.Â
Kalau jus alpukat jangan tanya, begitu populer di Indonesia. Sebagian teman-teman saya senang menambahkan alpukat pada salad sayuran dan salad buah mereka. Psttt, wong Plembang sedang gandrung menambahkan alpukat pada es kacang merah yang enak itu, muantap poll.Â
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
10 Negara Besar Penghasil Alpukat
Kian Digemari Dunia, Alpukat Bikin Konflik Air di Latin Amerika
Â