Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seandainya Ada "Rukyah Massal" Pasca Pilpres Ini

3 Juli 2019   17:05 Diperbarui: 3 Juli 2019   19:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @pandabertanduk

Banyak reaksi atas twit tersebut. Dan salah satu reaksinya adalah, 

Ha...salahmu bu. Masa iya tidak punya pendapat sendiri. Semua omongan idola langsung ditelan mentah-mentah begitu!? waw. Jadi kecurangan yang dimaksud bukan karena diyakini benar tapi karena dikatakan oleh idola...!?.  Baca komentar lain yang pro kontra, haiyah semakin lucu.

Menghadiri pelantikan baru rencana, komentar pendukungnya sudah bermacam-macam. Padahal menghadiri pelantikan mungkin sekadar menghormati keputusan MK toh.  

Begitulah. Pada tahap awal, kelihatannya PR besar Pak Jokowi adalah meruqyah (tepatnya  membersihkan penyakit hati dan pikiran berdasarkan agama masing-masing) pengikutnya sekaligus meruqyah pengikut Prabowo. Karena Jokowi adalah presiden semua Rakyat Indonesia, maka upaya rekonsiliasi damai "menyadar"kan rakyat yang ini kelihatannya tertampuk pada pak Jokowi. Dan tidak akan berhasil tanpa dukungan kita semua. Pengikut Jokowi tidak boleh jumawa, pengikut Prabowo harus berubah, belajar legowo, membersihkan hati dan pikiran. 

Seandainya ada ruqyah massal, barangkali pikiran dan hati kita semua kembali bersih, damai dan tidak  memaksakan diri. Timeline akan kembali adem dan tidak ada pernyataan aneh-aneh lagi.

Siapapun Presiden kita inilah takdir Allah. Dia dimenangkan Allah, apapun alasannya. Yang  harapan tidak sesuai kenyataan, saatnya move on dong. Saatnya melihat lagi dengan jernih dan menerimanya sebagai keputusan terbaik Allah bagi Rakyat Indonesia.  Tidak ada lagi 01 dan 02, Kita Indonesia.

Sumber Foto: pixabay
Sumber Foto: pixabay
Suara-suara itu masih terdengar. Secangkir kopi yang tadi masih separoh akhirnya tandas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun