Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seandainya Ada "Rukyah Massal" Pasca Pilpres Ini

3 Juli 2019   17:05 Diperbarui: 3 Juli 2019   19:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @pandabertanduk

Seseorang memandangi layar notebooknya dengan mimik aneh. Secangkir kopi yang dipesan dari kantin sebelah tak tuntas ditenggak, masih menyisakan isi separoh. Di benaknya muncul aneka perasaan. Perasaan tak jelas antara menahan tawa dan menahan jengah, bercampur sedih juga. Dengar-dengarkanlah rasanya,

Betapa lucunya timeline saya pasca penetapan putusan Sidang Mahkamah Konstitusi lalu. Opini dan pendapat seputar putusan itu mulai memenuhi jagad timeline sosial media saya. Mulai Twitter, facebook dan instagram. Banyak yang bernada positif dan mengucapkan alhamdulillah. Sebaliknya, yang misuh-misuh, mengomentari negatif ya tidak sedikit juga.  

Saya sendiri...? tidak penting kelompok mana yang saya pilih. Hal paling utama adalah saya mencoba bersikap fair dan sportif. Saya mendukung siapapun yang ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2019. Kalau tidak, apa gunanya Pilpres. Masa iya saya akan terus-terusan sakit hati selama 5 tahun ke depan, bew. 

Ya sportif dan fair itu prinsip dasar sebuah kompetisi dan kontestasi. Termasuk Pilpres Tahun 2019 yang seru ini. Malulah awak kalau jadi misuh-misuh di sosial media. Lebih malu lagi kalau misuh-misuh dan rasa sakit hati saya itu saya sebut sebagai suara hati rakyat. Padahal itu pendapat pribadi dan kelompok saya. 

Pertama, saya akan menjadi tidak sportif jika menyebut "publik" menolak hasil keputusan Mahkamah Konstitusi yang memenangkan pasangan 01 (Jokowi- Kiai Ma'ruf Amin), padahal publik yang saya sebut itu ya saya dan kelompok saya. Kedua, saya  juga tidak sprotif jika menyebut  "rakyat" menolak hasil keputusan Sidang MK padahal yang saya suarakan sesungguhnya adalah suara saya dan kelompok saya. Kan, betapa mbodohi dan keminternya saya. 

Di sisi lain ya kita tau sejak masa kampanye publik itu terbagi beberapa kelompok yaitu (1) Kelompok yang pro 01, (2) Kelompok yang pro 02, (3) Kelompok yang masih bingung antara 01 dan 02; (4) Kelompok yang tidak tertarik pada Pilpres alias golput. Semakin mendekati Pilpres dalam penglihatan pribadi saya, kelompok ketiga dan ke-4 banyak yang berubah menjadi pemilih 01 atau 02. Intinya adalah, publik lingkungan kita tidak bisa kita artikan sebagai publik seluruh rakyat Indonesia. Rakyat adalah seluruh rakyat Indonesia, bukan rakyat yang pro pada pilihan kita saja. 

Tidak semua keinginan kita harus menjadi kenyataan. Apapun kenyataan, maka itulah takdir terbaik yang diberikan oleh yang Maha Kuasa. Saya kira semua yang waras harus menyadari itu. Untuk itu adalah bijak untuk menyudahi semua misuh-misuh dan emosi jiwa di timeline. Tidak ada lagi 01 dan 02, kita semua adalah pemenang.  Mulailah dengan melupakan keinginan pribadi. Stop menipu diri membuat pernyataan dan narasi yang mengatasnamakan rakyat padahal penolakan itu itu pendapat pribadi dan kelompok. 

Pasca keputusan sidang MK harusnya adalah masa adem. Tidak ada lagi 01 atau 02, Kita Indonesia. Seharusnya begitu. Ketika saya melongok ke twitter tadi dan melihat tweet dari akun twitter Partai Gerindra bahwa kemungkinan Prabowo dan Sandi akan menghadiri pelantikan Presiden Jokowi dan Kiay ma'ruf Amin, haiyah betapa banyaknya fans Pak Prabowo dan Sandi yang tidak setuju dengan wacana itu. 

Seolah kalau menghadiri maka menerima kecurangan. Padahal kecurangan itu sesuatu yang kata masyarakat Indonesia yang lain "Tidak ada" dan tak bisa mereka buktikan. Haiyah, eling dong.

Tidak sengaja saya melihat twit Akun Partai Gerindra yang memberitakan Kemungkinan Prabowo-Sandi menghadiri pelantikan Presiden Jokwi-Kiay Ma'ruf Amin atas berita di CNN 

Kemungkinan Prabowo Sandi Akan Menghadiri PelantikanPelantikan Jokowi-Ma'ruf

Banyak reaksi atas twit tersebut. Dan salah satu reaksinya adalah, 

Ha...salahmu bu. Masa iya tidak punya pendapat sendiri. Semua omongan idola langsung ditelan mentah-mentah begitu!? waw. Jadi kecurangan yang dimaksud bukan karena diyakini benar tapi karena dikatakan oleh idola...!?.  Baca komentar lain yang pro kontra, haiyah semakin lucu.

Menghadiri pelantikan baru rencana, komentar pendukungnya sudah bermacam-macam. Padahal menghadiri pelantikan mungkin sekadar menghormati keputusan MK toh.  

Begitulah. Pada tahap awal, kelihatannya PR besar Pak Jokowi adalah meruqyah (tepatnya  membersihkan penyakit hati dan pikiran berdasarkan agama masing-masing) pengikutnya sekaligus meruqyah pengikut Prabowo. Karena Jokowi adalah presiden semua Rakyat Indonesia, maka upaya rekonsiliasi damai "menyadar"kan rakyat yang ini kelihatannya tertampuk pada pak Jokowi. Dan tidak akan berhasil tanpa dukungan kita semua. Pengikut Jokowi tidak boleh jumawa, pengikut Prabowo harus berubah, belajar legowo, membersihkan hati dan pikiran. 

Seandainya ada ruqyah massal, barangkali pikiran dan hati kita semua kembali bersih, damai dan tidak  memaksakan diri. Timeline akan kembali adem dan tidak ada pernyataan aneh-aneh lagi.

Siapapun Presiden kita inilah takdir Allah. Dia dimenangkan Allah, apapun alasannya. Yang  harapan tidak sesuai kenyataan, saatnya move on dong. Saatnya melihat lagi dengan jernih dan menerimanya sebagai keputusan terbaik Allah bagi Rakyat Indonesia.  Tidak ada lagi 01 dan 02, Kita Indonesia.

Sumber Foto: pixabay
Sumber Foto: pixabay
Suara-suara itu masih terdengar. Secangkir kopi yang tadi masih separoh akhirnya tandas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun