Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diunggak Ijan, Kiay Kuponah

10 Maret 2019   12:01 Diperbarui: 21 Juli 2019   08:42 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok.Pribadi

Alhamdulillah harani kok torang. Jadi sikandua ga bucarita pai di kuti kaunyin na. Bak gawi sikam ti Kompal angguai agenda "menulis dengan Bahasa Ibu", jadi sikandua ga ngaramiku agenda Kompal pai. Bahasa Ibu sikandua adalah Bahasa Kumoring. Sebab sikandua jolma Kumoring.

Laily, moili cindo jak tiuh Surabaya Kumoring mojong ti garang lombahan. Pudakna torang dan wahwah. Porsis juk mahatahari ampai luah sai tisobut hun rik "sunrise" ho. Cindo pudakna, badannya tinggi, makya kurus, mak munih gomuk. Sahinggona, cak jolma tiuh sija,lagakda. Bunga desa cak tian. Sambil iya mojong tigarang sina, jak bibirna ia bunyanyi,

"Hatiku sodih... sakit dilom

Jak niku lapah, mak mulang-mulang..."

Kiayku sayang dang mak ingok ku....

Dang muniga, dang muniga...

gancangda mulang, kiay kuponah..."

Laily, kok tolu bulan ditinggal  tinadaina burangkat ti Pulimbang. Cak tinadaina ga nyopok gawian bakna ia mak haga butani. 

Alhasil, sodih rasa hati Laily. Zaman paija, makkung angka Handphone, apilagi sagala smartphone juk zaman ganta. Jadi Laily mih budoa  dan bunyanyi. Andoaku tinadaina gancang mulang ti tiuh tian.

Bulan buganti bulan, mak angka kabar jak tinadaina. Laily akhirna nyorah rik takdirna. Bakna ia bunga desa, lamon maranai ngahagako iya jadi anggoman. Bakna tinadaina kok jadi Bang Toyib, mak mulang-mulang, Laily akhirna menerima lamaran anak pak Kades tiuh na. Good Job Laily.

Juksina da caritana pun. Lagu Diunggak Ijan, Kiay kuponah kok jadi lagu terkenal ganta. Lagu moili Kumoring menunggu tiuh sambil menunggu tinadai atawa lakina sai lagi merantau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun