Mohon tunggu...
NurLaila Azkiyah
NurLaila Azkiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ella ello

PGMI-UIN Malang 2017

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hijabku

9 Desember 2017   20:31 Diperbarui: 9 Desember 2017   20:44 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak jarang kita menemukan seorang perempuan muslimah yang mengenakan jilbab tengah terlibat pertengkaran yang seru lagi sengit. Bila emosi telah menguasai seseorang, ternyata emosi tidak memandang apakah orang tersebut berjilbab atau tidak, sebab, yang berjilbab pun tak ubahnya sebagai orang yang rusak. Ia marah-marah. Ia menjerit-jerit, bahkan ia sampai mengucapkan kata tak pantas, kata-kata tak sopan, kata-kata kotor.

Yang bisa kita lihat dilingkup UIN sendiri ada mahasiswi atau banyak mahasiswi yang mengenakan jilbab hanya untuk menutup kepalanya saja. Lehernya tetap kelihat. Angin yang menerpa tubuhnya menyebabkan dadanya juga kelihatan. Belum lagi jika ada Mahasiswi UIN yang memakai celana. Belum lagi celananya itu  begitu sempit dan ketat. Terkadang dengan seenaknya dia menyingsingkan celananya hingga tampaklah kedua betisnya. Terkadang dia hanya memakai kaos lengan pendek, bahkan pusarnya pernah terbuka.

Tak dipandang dari segi penampilannya saja, melainkan moral yang dimiliki juga. Kita tak jarang melihat mahasiswi yang masih sering berduaan dengan lawan jenisnya. Entah saat ada kepentingan yang sangat mendesak atau hanya sekerdar main-main saja. Memang hal itu terlihat sangat wajar. Tetapi ketika kita lebih memfokuskan teruntuk Mahasiswi UIN, pandangan pendapat orang luar akan merasa tidak pantas, mengingat UIN ada pendidikan ma'had. 

Ma'had yang didalamnya mengajarkan untuk bermoral yang baik dan berakhlakul karimah. Mereka akan berpendapat, apakah ilmu agama yang selama mereka emban di Ma'had selama satu tahun itu hanya sia-sia? Tidak mereka amalkan atau memang mereka lupa? Jika sudah berbicara antara hubungan laki-laki dan perempuan, maka tak jauh dengan pembahasan tentang perzinaan. 

Telah banyak kasus yang dijumpai masyarakat bahwa mahasiswi di beberapa Universitas telah melakukan hubungan gelap diluar nikah atau seks bebas dengan teman sekampusnya sendiri. Entah kasusnya yang diberitakan sudah melakukan maksiat, saat mahasiswinya sudah hamil bahkan sudah membuang anak hasil hubungan dengan teman laki-lakinya keran malu untuk mengakui kesalahan. Bukan hal yang tabu lagi untuk diberitkan.

Ketika melihat fenomena fakta seperti ini, banyaklah pendapat yang bermuculan, sehingga dapat dijadikan sebuah pegangan atau prinsip seseorang mengenai jilbab. Yang pertama, "Lihatlah, Wanita itu. Apa dia tidak malu memakai jilbab jika kelakuannya seperti itu? Candanya kelewatan. Tawanya keras sekali. Tidak sopan! 

Harusnya dia malu sebagai seorang perempuan yang memakai jilbab jika dia tidak bisa menjaga etika dan sopan santun. Mana sering pergi berduaan dengan pacarnya, bergandengan, sebal deh melihatnya!. Bancengan pakai sepeda. Pacarnya itu juga keterlaluan tidak melihat situasi dan kondisi. Pernah aku melihat dia merangkul wanita itu ditempat umum. Norak, lalu buat apa wanita itu memakai jilbab? Mendingan aku tidak pakai jilbab. Lebih baik tidak perlu memakai jilbab tetapi bisa menjaga diri daripada memakai jilbab tetapi bersikap dan berpenampilan seperti dia!"

Yang kedua, " maafkan aku, mbak, sebab aku belum berani memakai jilbab. Aku ingin sekali memakai jilbab, tetapi ada sesuatu yang membuat aku merasa berat untuk memakainya sekarang. Barangkali saja Allah belum memberikan petunjuk buat aku sehingga aku masih merasa berat untuk memakainya. Do'akan saja, justru ketika nanti aku akan memakai jilbab seperti Mbak. Kalau sekarang aku memaksakan diri untuk memakainya, aku aku takut aku tidak bisa menjaga diri sebagai seseorang perempuan muslimah yang berjilbab. Sekarang biarkan aku seperti ini dulu dan do'akan agara aku bisa menjaga diri".

Lalu setelah mengetahui fakta yang berada dilingkup UIN seperti ini, tentunya juga ada berbagai pendapat yang sudah disetujui para ulama tentang perempuan muslimah seyogyanya memakai jilbab dalam batasan-batas sebagai berikut. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan, sehingga tidak boleh bagi perempuan muslimah yang memakai jilbab tetapi masih terlihat ada anak  rambutnya yang kelihatan di dahi seperti yang populer kita lihat seperti ini atau yang kita sebut-sebut jipon (jilbab poni).

  • Juga bisa menutup leher keseluruhan sehingga menghindarkan diri dari tatapan atau picingan mata laki-laki yang akan membawa gairah seksual ketika melihat leher tersebut. Ilmu seksologi akan mendukung hal ini. Juga bisa menutup dadanya secara mutlak sebab terkadang kita menemukan ada anak gadis yang memakai jilbab sedemikian sehingga lehernya masih kelihatan dadanya. Hal ini terjadi sebab ia mengikatkan dua ujung jilbabnya kebelakang lehernya. Ini juga perilaku yang tidak islami dari sisi falsafah etika islam. Juga mengenakan pakaian yang longgar agar terhindar dari tampaknya lekuk-lekuk tubuhnya.
  • Empat hal tersebut adalah batasan-batasan pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah. Perempuan muslimah harus memperhatiakan dan menerapkan empat hal tersebut, disaat yang sama juga harus memperhatikan sikap, ucapan, dan perbuatan yang justru akan membawa kecenderungan yang negatif dan dosa.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun