Abstrak
Desa diAtas Awan atau yang dikenal dengan Desa Wae Rebo adalah sebuah desa yang
terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut
ini mirip seperti tempat layaknya surga yang berada di atas awan. Desa atau kampung yang
hanya disinggahi 7 rumah adat tradisional daerahnya yang disebut dengan Mbaru Niang,
dikelilingi oleh beberapa bukit disekitarnya seperti memagari desa tersebut menjadikan desa ini
seolah olah terisolasi dari hiruk pikuknya lingkungan yang ramai maupun pengaruh budaya lain.
Lokasi yang seakan akan membuat desa ini “buta akan perkembangan” terkesan tidak
menerima pendatang lain diluar warga asli mereka tak lantas membuat desa ini sepi atau tidak
ada pengunjung yang tertarik mendatangi desa tersebut. Sebaliknya, banyak wisatawan
nasional maupun internasional yang merelakan jauh jauh dari daerahnya masing masing,
berkorban datang ke Desa Wae Rebo untuk melihat setiap sudut indahnya Desa diAtas Awan
ini.
Penjelasan Umum
Indonesia dikenal sebagai negara yang banyak sekali pemandangan alam yang indah
hingga tidak terhitung jumlahnya. Mulai dari Sabang sampai Merauke, pemandangan alam di
Indonesia bisa dibilang tidak terhingga, dari yang sudah banyak orang tahu hingga keindahan
alam tersembunyi. Keindahan alam di Indonesia bisa kami nikmati dari pegunungan maupun
perbukitan, pantai, dan lain sebagainya.
Tidak heran Indonesia masuk dalam list favorit wisatawan lokal maupun mancanegara
untuk berwisata alam. Sebab, keunikan alam dan budaya di Indonesia sangat beragam dan
tidak ada habisnya untuk ditelusuri. Pemandangan alam yang disuguhkan tidak dapat dinikmati
didalam daerah perkotaan.
Salah satunya adalah Flores. Flores adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia, terletak
di sebelah Pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur. Sesuai dengan namanya Flores, berasal
dari kata Flowers yang artinya bunga, daerah atau pulau ini menyimpan banyak keindahan alam
yang memanjakan pikiran dan mata bagi para penikmat keindahan alam Indonesia.
Kampung Wae Rebo adalah sebuah kampong tradisional yang masih mempertahankan
kearifan lokalnya. Kampung ini terletak di Desa Satar Lenda, Kabupaten Manggarai, Nusa
Tenggara Timur. Kampung terletak di ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Selain
kampung ini diapit oleh perbukitan, pada zaman dahulu penjajahan Belanda, tempat ini
dikukuhkan sebagai daerah enclave, berada didalam hutan lebat dan jauh dari perkampungan
tetangga.
Pembahasan
Wisata Wae Rebo menyimpan pesona yang menakjubkan, tidak hanya keindahan
alamnya saja yang memukau, ragam kehidupan dan sosialnya pun menjadi daya tarik
masyarakat ataupun pengunjung yang datang ke Desa ini. Desa Wae Rebo ditinggali oleh 44
keluarga dengan mata pencahariannya berada di dalam sektor pertanian, seperti penanam
umbi umbian. Aktivitas para warga disana pun masih sangat tradisional seperti menenun dan
membantu pria untuk berkebun. Masyarakat Desa Wae Rebo masih mempertahankan tradisi
para leluhur mereka yang sudah turun menurun sejak dahulu.
UNESCO telah menjadikan Desa Wae Rebo sebagai warisan budaya dunia, tempat ini
tekah menyingkirkan 42 negara lain pada tahun 2012 lalu, karena keunikannya tidak hanya
sejarahnya saja, alamnya pun mendukung tempat ini sebagai keindahan dunia salah satunya
untuk Indonesia.
Desa Wae Rebo disinggahi hanya dengan 7 rumah adat mereka yaitu Mbaru Niang yang
tersusun melingkar mengitari batu yang biasa disebut dengan compang sebagai titik pusatnya.
Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo.
Rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan
cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai.
Rumah adat Mbaru Niang ini memiliki ukuran ketinggian yaitu 15 meter. Rumah
berbentuk kerucut dengan atap yang hampir menyentuh tanah ini memiliki struktur yang cukup
tinggi dengan memiliki 5 tingkat yang terbuat dari kayu worok dan bambu serta dibangun tanpa
menggunakan paku sekalipun. Tali rotanlah yang menguatkan segala sudut Rumah Adat Mbaru
Niang ini. Setiap Rumah ditepati enam sampai delapan keluarga
Desa Wae Rebo bisa ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam perjalanan darat dari Kota
Ruteng dengan jalan berkelok menuju Desa Rintor. Jalan menanjak dan akan melewati
pematang sawah dari Sebu hingga Denge. Perjalanan lagi menuju Sungai Wae Lomba, barulah
akan tiba di Desa Wae Rebo
Saat ini Desa Adat Wae Rebo belum terakses oleh jaringan listrik, oleh karena itu
masyarakat Desa Wae Rebo masih menggunakan alat atau lampu tradisional sebagai salah satu
sumber pencahayaan untuk mereka pada malam hari. Jaringan teleponpun masih hanya berada
pada beberapa titik saja.
Penutup
Keaslian budaya pada masyarakat Desa Wae Rebo sangat perlu untuk dijadikan
perhatian agar tidak hilang ataupun luntur. Ditengah modernisasi dimasa sekarang, Desa Wae
Rebo berada dalam ancaman, jika keaslian budaya tersebut perlahan lahan mulai menghilang
maka tidak ada lagi daya tarik yang menjadikan pandangan dari wisatawan luar ke daerah
tersebut. Tidak bisa dipaksakan juga jika Modernisasi datang pada wisatawan yang berkunjung
pada Desa ini. Desa Wae Rebo harus lebih bisa peka dengan lingkungannya agar tidak
terpengaruh oleh lingkungan luar daerah mereka agar tradisionalisasi dan keasliannya masih
utuh menghadapi adanya modernisasi ini.
Sumber :
https://www.masterplandesa.com/desa-adat/desa-adat-wae-rebo-perkampungan-adat-
lestari-di-pegunungan-flores-2/
http://eprints.itenas.ac.id/1569/2/04.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mbaru_Niang