Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flashmob Tari Cokek Sipatmo dari Perempuan se-Jabodetabek

21 Agustus 2019   01:24 Diperbarui: 21 Agustus 2019   11:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi (18 Agustus 2019) Pelataran Museum Fatahilla di Kota Tua, dipenuhi perempuan dengan aneka warna kebaya. Diinisiasi Komunitas Perempuan.id bekerja sama dengan Perempuan berkebaya dan disuport komnas Perempuan. 

Para perempuan sejabodetabek melakukan flashmob tari cokek sipatmo. Persiapan dilakukan selama sebulan dengan berlatih di halaman kantor Komnas Perempuan. Latihan dipimpin Ibu Heny, pelatih dan pelestari tari Cokek Sipatmo dari Komunitas Cina Benteng Tangerang. 

Tari Cokek Sipatmo, dikenal sebagai salah satu tarian tradisional Betawi. Tarian Cokek Sipatmo merupakan akulturasi dari budaya Betawi yang mendapat pengaruh dari budaya Cina dan Sunda. Selama  ini ada kesan tarian Cokek atau biasa disebut Cokek saja, sebagai tarian yang seronok. Padahal tarian Cokek mempunyai filosofi yang dalam dan biasanya ditarikan sebagai tarian pembukaan atau penyambutan.

Bersama Koordinator Flashmob: Eva Simanjuntak|Dokpri
Bersama Koordinator Flashmob: Eva Simanjuntak|Dokpri
Menurut koordintaor Flashmob, Eva Simanjuntak, Flashmob ini bertujuan melestarikan kebudayaan, baik tarian maupun pakaian kebaya. Indonesia sangat kaya akan budaya, yang harus dijaga dan dilestarikan. Sekitar 200 perempuan sejabodetabek, dengan sukarela datang dan mengikuti flashmob. Waktu baru menunjukan pukul 06.00 pagi, para perempuan dengan aneka warna kebaya dan jenis kain, memenuhi pelataran Museum Fatahila di kota tua. 

Pelataran Museum Fatahilla, dipilih sebagai lokasi, juga terkait dengan budaya. Karena tempat ini juga mempunyai nilai sejarah yang penting yang keberadaannya nggak boleh dilupakan.

Dokpri
Dokpri
Pelatih Tari Cokek, Ibu Heni dari Komunitas Cina Benteng Tangerang. Mulanya Tari Cokek dibawa pedagang dari cina yang singgah di kawasan teluk naga, Tangerang. Biasanya ditarikan hanya pada acara khusus seperti pernikahan dan ulang tahun (sejit) peranakan Tiong Hoa. 

Tari Cokek yang sekarang disebut Cokek Sipatmo karena memang pada perkembangan terjadi campuran antara tari cokek dan tari sipatmo, maka akirnya disebut Cokek Sipatmo.

Pada perjalanan tari cokek ditarikan pada banyak kegiatan, termasuk pada pesta tahun baru dan Cap Go Meh. Gerakan-gerakannyapun banyak penambahan. Jika awalnya hanya gerakan tangan terkepal dan diangkat setinggi kepala. 

Pada perkembangannya ada penambahan gerakan soja (Dua tangan terkatup di dada), juga Gerakan mengayuh. Pada dasarnya dengan penambahan banyak gerakan, tujuan utamanya tarian ini mengajak untuk   menjaga hati dan selalu bersyukur.

Filosfi ini pas banget untuk diterapkan pada bangsa Indonesia. kegiatan ini menjadi bagian dari merawat nilai-nilai kebangsaan. Keberagaman dalam sebuah kebersamaaan adalah anugerah yang harus disyukuri. 

Banyak upaya-upaya ingin menghancurkan budaya Indonesia dan membangun narasi, seolah pakaian nusantara menjadi sesuatu yang tidak baik. ini yang harus diwaspadai, jauh sebelum Indonesia merdeka dan menjadi sebuah negara, budaya dari berbagaiu suku sudah ada dan menjadi landasan berdirinya NKRI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun