Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Waktunya Berbenah Wujudkan Study Tour yang Aman

16 Mei 2024   16:41 Diperbarui: 16 Mei 2024   17:43 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia berduka atas adanya berita kecelakaan bus yang mengakibatkan beberapa siswa kehilangan nyawanya dalam perjalanan kegiatan perpisahan sekolah, yang juga menjadi momen berwisata bersama. Bukan pertama kalinya dunia pendidikan muram dengan duka yang mendalam akibat musibah yang terjadi di perjalanan wisata seperti ini. Akibatnya, digaungkanlah pelarangan pengadaan study tour ke luar kota oleh Dinas Pendidikan di beberapa daerah tak lama setelah peristiwa ini terjadi.

Study tour sebenarnya membawa banyak manfaat untuk siswa. Dengan berinteraksi dengan teman-teman sebaya, para guru, juga dengan orang-orang yang mereka temui selama kegiatan, para siswa dapat meningkat keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi. Kegiatan ini juga memberikan wawasan baru bagi siswa yang tidak mereka dapatkan dari pembelajaran di kelas. Tidak hanya itu, momen study tour yang mengharuskan para siswa berjauhan dengan orang tua ini, menjadi kesempatan untuk mandiri, bertanggung jawab, serta disiplin demi kelancaran acara, terutama keamanan dan kenyamanan bersama.

Namun, berita kecelakaaan dalam perjalanan saat study tour tentu menjadi momok baik bagi para siswa, orang tua, maupun pihak sekolah. Maka, Dinas Pendidikan turun tangan melakukan pencegahan dengan melarang study tour ke luar kota. Akan tetapi,sepenuhnya melarang study tour keluar kota seharusnya dipertimbangkan lebih lanjut mengingat musibah tersebut dapat terjadi karena banyak faktor, termasuk kelalaian juga ketidaksungguhan dalam perencanaannya. Maka, proses perencaannya menjadi faktor penting yang juga perlu dibenahi.

Mengingat biaya, waktu, dan tenaga dikeluarkan dalam study tour, maka kegiatan ini sudah sepatutnya dicanangkan dengan tujuan yang jelas serta esensial bagi pembelajaran para siswa, terutama jika semua siswa diwajibkan untuk mengikutinya. Jika sekedar refreshing dan berwisata, ada baiknya ini dijadikan kegiatan opsional apalagi jika pendanaannya sepenuhnya dibebankan kepada orang tua siswa. Dalam hal ini, pihak sekolah tidak dapat memaksakan siswa untuk ikut study tour dengan alasan apapun termasuk dengan jargon "ikut, gak ikut tetap bayar."

Di samping itu, izin dari orang tua menjadi syarat mutlak bagi siswa yang ingin mengikuti acara ini. Maka, jelas bahwa semua siswa yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa yang mendapatkan izin dari orang tua dan izin diberikan tanpa paksaan dari pihak sekolah. Pemberian izin ini juga membuktikan bahwa tidak ada keberatan dari orang siswa dan diberikan tanpa paksaan. Beberapa sekolah bahkan menyediakan formulir yang harus dilengkapi orang tua sebagai bukti bahwa para orang tua memahami maksud dan detail kegiatan ini, bersedia membayar biaya sesuai ketentuan, juga resiko dari kegiatan ini.

Untuk mendapatkan persetujuan orang tua, pihak sekolah tidak cukup dengan memberitahukan tujuan kegiatan tetapi juga memastikan bahwa para siswa terjamin keamanannya dengan menugaskan guru untuk mendampingi para siswa dengan mempertimbangkan jumlahnya. Para guru harus mengerti betul bahwa keamanan dan keselamatan para siswa menjadi tanggung jawab mereka selama kegiatan berlangsung, bukan semata-mata ikut jalan-jalan. Selain itu, perlu diperhatikan juga alur komunikasi antara guru dengan orang tua untuk mempermudah komunikasi dan meminimalisir kekhawatiran orang tua terhadap kondisi anaknya, apalagi jika tiba-tiba anak mereka sulit dihubungi atau ada keadaan darurat.

Yang tidak kalah penting adalah komitmen sekolah melibatkan vendor-vendor atau agen perjalanan yang terpercaya. Agen yang terpercaya pasti akan melibatkan pihak-pihak yang mumpuni termasuk armada perjalanan yang berizin, aman dan layak beroperasi. Sekolah harus menyadari bahwa berhasil membawa siswa bepergian jauh bukanlah tolok ukur prestasi sekolah. Lebih baik study tour ke lokasi yang dekat dengan agen yang terpercaya daripada memaksakan diri bepergian jauh, namun harus mempertaruhkan nyawa hanya karena gengsi atau untuk menekan biaya. Baik para siswa maupun orang tua tidak perlu berkecil hati jika para murid study tour ke tempat yang dekat. Jangan hanya karena gengsi lalu memaksakan perjalanan berhari-hari dengan biaya murah tetapi meninggalkan trauma.

Langkah Dinas Pendidikan di beberapa kota melarang sekolah mengadakan study tour ke luar kota dapat dipahami sebagai respon cepat untuk mencegah hal traumatis terjadi lagi. Namun, tentunya perlu dipikirkan juga bagaimana Dinas Pendidikan dapat mendorong sekolah menerapkan prosedur yang ketat dalam perencanaan study tour atau bahkan Dinas Pendidikan menelurkan kebijakan yang dapat dijadikan standar dan acuan pelaksanaan study tour. Tidak hanya Dinas Pendidikan dan pihak sekolah, tentu masyarakat luas berharap Dinas Perhubungan ikut berbenah agar tidak ada lagi PO bus atau travel nakal masih beroperasi bahkan melaju dan terlibat dalam kegiatan study tour siswa. Semoga proses berbenah ini dilakukan tanpa harus menunggu kejadian buruk terulang lagi karena para siswa berhak mendapatkan program study tour yang aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun