Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berita Aksi Terorisme Jadi Wake-up Call akan Pentingnya Mengajarkan Anak tentang Kebhinekaan dan Toleransi

1 April 2021   16:45 Diperbarui: 1 April 2021   17:00 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dua aksi terorisme terjadi berturut-turut ketika kita tengah memfokuskan diri bertahan di masa pandemi. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi, tentu berita tentang dua peristiwa yang memprihatikan ini dengan mudah menyebar ke semua kalangan termasuk anak-anak. 

Anak-anak yang menerima informasi dari berbagai sumber dan tanpa adanya pendampingan dari orang tua dapat mempunyai pemahaman yang salah terhadap peristiwa yang terjadi tersebut. 

Misalnya, jika mereka mendapatkan berita yang pembuat beritanya memanfaatkan kejadian ini untuk menyudutkan kelompok tertentu, maka bisa jadi mereka turut menyudutkan atau dalam diri mereka timbul rasa benci pada kelompok tersebut. Aksi terorisme juga erat kaitannya dengan paparan paham radikal yang tak gentar untuk melakukan segala cara untuk mewujudkan misinya. 

Oleh karena itu, peristiwa ini seharusnya dijadikan sebuah wake-up call bagi para guru untuk mengajarkan tentang kebinekaan dan toleransi agar generasi penerus bangsa menjadi pribadi yang toleran dan tidak mudah terpapar paham radikal.

Indonesia adalah negara yang beragam sejak semula, termasuk agama, etnis, dan ras. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"- berbeda beda tetapi satu jua mengisyaratkan kesadaran para pendiri bangsa atas keberagaman Indonesia dan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 

Bersatu dalam keberagaman, bukannya memaksa kelompok lain untuk menjadi seragam dengan kelompok kita atau kelompok yang diyakini lebih baik. Menjunjung tinggi kebinekaan dan pluralisme artinya mengedepankan sikap toleransi. 

Anak-anak perlu ditanamkan pemahaman tentang pentingnya bersikap toleran kepada orang-orang yang tidak sama agamanya, rasnya, sukunya, etnisnya dan pemikirannya dengan mereka. Tidak hanya ditumbuhkan pemahamannya tetapi anak-anak juga perlu diberikan contoh dan kesempatan untuk bersikap toleran. 

Di sinilah tugas guru menjadi lebih berat. Guru menjadi sosok yang menjunjung tinggi kebinekaan dengan menunjukkan sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari. 

Sayangnya yang terjadi di lapangan tidak selalu demikian. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang jadi buah bibir beberapa waktu lalu ketika ada siswa yang bersekolah di sekolah yang tidak berbasis agama tertentu tetapi merasa tertekan karena tidak mengenakan seragam dengan atribut agama tertentu. 

Jika paham kebinekaan dan toleransi diamalkan dengan semestinya tentu masalah seperti ini tidak perlu ditangani dengan SKB tiga menteri. Selain melihat contoh nyata dari kehidupan guru, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk bersikap toleran, misalnya dengan menghargai teman yang berbeda keyakinan, bekerja sama dengan anak yang berbeda suku, dll. 

Di Indonesia, perbedaan tidak bisa kita hindari. Keberagaman di Indonesia merupakan ciri khas, budaya, dan kelebihan bangsa kita yang seharusnya kita banggakan, apresiasi, dan jadikan motivasi untuk bersikap toleran. 

Oleh karena itu, kita harus hidup berdampingan bukannya melakukan segala cara untuk menjadikannya seragam. Maka, sejak dini anak-anak harus paham akan kebinekaan dan bersikap toleran.  

Dengan adanya pemahaman tentang kebinekaan yang kuat dan sikap toleransi yang tinggi, anak-anak akan menghargai perbedaan, memelihara perdamaian, berpikiran terbuka, tidak mudah menaruh curiga dan benci pada kelompok lain.  

Di samping itu, anak-anak juga diharapkan tidak mudah terpapar paham-paham yang  yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, termasuk paham radikal yang membuat pengikutnya melakukan hal-hal yang merugikan banyak orang demi mewujudkan misinya. 

Yang terakhir, semoga para guru diberikan hikmat untuk menjadi panutan bagi anak-anak dalam mengamalkan sikap toleransi dan menghidupi semboyan "Bhinneka Tunggal Ika."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun