Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyelaraskan Pengajaran Agama dan Kehidupan Sosial

20 Maret 2021   13:19 Diperbarui: 20 Maret 2021   13:27 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu hari seorang teman yang juga seorang ibu bercerita kepada saya soal anaknya. Dia mengatakan bahwa di sekolah dua anaknya yang bersekolah di sekolah negeri mendapat pemahaman yang tidak tepat soal agama. Apa itu ?

"Guru agama menanamkan pengertian kepada murid-muridnya bahwa agama yangbenar itu hanya satu di Indonesia, yang lain adalah kafir dan akhirnya sang guru bercerita juga soal pengertian kafir". Intinya dalam cerita itu dia menyayangkan pemahaman sang guru dan pengajarannya kepada anak-anaknya. Akibatnya bisa panjang; yaitu sang anak tidak atau terbatas berhubungan dengan orang lain (yang mungkin berbeda) dan lebih sedihnya lagi ajaran agama yang tidak tepat itu terekam dalam benak sang anak dan mungkin  akan membentuknya menjadi anak yang kurang mengenal kata dan sikap toleran kepada orang lain yang berbeda keyakinan.

Menurutnya lagi, hanya dengan ajaran kafir, seorang anak bisa saja menjadi intoleran, dan tidak bisa membangun relasi sosial dengan baik. Kemungkinan terburuk bisa saja mencari pemahaman di beberapa situs radikal dan kemudian punya keinginan untuk memusnahkan 'musuh' sebagai perwujudan dari jihad. 

Inilah yang kemudian kita temui di beberapa kasus bom bunuh diri di Solo, Jakarta dan Bali. Di Bali, meski tidak merupakan kasus bom bunuh diri, namun pelakunya telah mempersiapkan itu dengan seksama sehingga bahan peladak rakitan bisa memakan korban ratusan orang di Kuta. Para pelaku kekerasan ini meyakini bahwa mereka menjadi pengantin Allah.

Pelajaran agama yang menyangkut moral dan akhlak tetap penting karena ini adalah dasar dari kehidupan. Namun pelajaran agama hendaknya memberikan konteks perintah / ayat dalam kitab suci dan tidak harus  mengandalkan teks. Saya pikir semua agama mengajarkan hal baik dan konteks mau tidak mau harus dipakai untuk memahami ajaran agama yang baik dan agung itu.

Konteks ke-indonesiaan menjadi sangat penting sekali karena memberi sejarah berbeda dengan beberapa bangsa yang mungkin juga memiliki penganut Islam yang banyak. 

Akulturasi berbagai budaya terlebih di Indonesia yang punya sangat banyak etnis seharusnya memberikan pemahamanan bahwa akulturasi budaya tidak dapat dielakkan dalam sejaran Islam masuk ke Indonesia. Bahwa agama seperti Hindu dan Budha sudah ada di Indonesia, jauh sebelum Islam masuk ke kawasan Nusantara.

Dengan memahami ini maka seseorang tidak akan lagi bisa mengatakan bahwa agama di Indonesia hanya satu, dan diluar itu adalah kafir. Orang yang belajar sejarah dengan baik dan memahami agama dengan konteks maka akan fleksibel dan akan mewujudkan harmoni dalam berelasi sosial dalam masyakarat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun