Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Pagi

12 Februari 2024   14:14 Diperbarui: 12 Februari 2024   14:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pukul lima tiga puluh pagi tadi, saya buka wa. Di grup Emak KEPO, terpampang maklumat zoom tentang umroh back packer. Waktunya saat itu juga. Wah, menarik, nih.

Langsung  saya buka laptop dan masuk dalam ruang maya itu. Syukur acaranya baru saja dimulai oleh Pak Cah.

Acaranya semi formal, jadi tidak membosankan. Nara sumber kali ini adalah Pak Boedi Dewantoro, pelaku umroh bag packer bersama keluarga.

Beliau pun mengisahkan segala sesuatunya, mulai dari persiapan hingga perjalanan umroh plus yang sangat memorable.

Pada tahap awal, Pak Boedi membentuk kepanitiaan dalam keluarganya. Luar biasa, kan? Suami, istri, tiga anak, dan dua menantu semua harus melaksanakan tugas sesuai jobdes nya masing-masing.

Ada anak-anak yang tugasnya hunting tiket pesawat, hotel, dan lokasi yang akan dituju. Pak Boedi menggambarkan keseruan mereka di tahap ini. Bagaimana anak-anak harus benar-benar up date terhadap harga tiket. Mereka harus jeli melihat perbedaan harga tiket yang ditawarkan oleh beberapa maskapai.

Mereka harus komunikasi online pada malam hari karena perbedaan waktu di Indonesia dan di luar sana. Cukup lama mereka melewati proses ini. Dan itu berarti anak-anak Pak Boedi harus begadang demi mendapat tiket yang sesuai dengan keinginan keluarga mereka.

Beruntung anak dan menantu Pak Boedi sangat up date dan terampil dalam teknologi dan aplikasi-aplikasi yang menunjang rencana mereka.

Pada akhirnya  didapatlah tiket dari Seibu, maskapai milik Philipina yang menawarkan harga sangat ekonomis, yaitu 10 juta untuk tiga seat. Tiket ini untuk rute Jakarta, transit Manila, ke Dubai.

Saat di Dubai mereka menemui masalah. Ternyata tiket dari maskapai tadi tidak menyediakan visa untuk masuk ke Saudi Arabia. Mereka sempat tertahan beberapa saat di imigrasi. Beruntunglah anak dan menantu Pak Boedi fasih berbahasa Inggris karena pengalamannya bekerja di bidang perminyakan yang menuntutnya bepergian ke luar negeri. Bahada Inggris bukan masalah baginya. Juga salah satu putranya sangat fasih berbahasa Arab. Proses tarik ulur pun berjalan seimbang. Mereka mampu mengimbangi pressure yang muncul dari otoritas bandara Dubai.

Akhirnya mereka menggunakan maskapai dari Arab Saudi agar mendapatkan free visa untuk masuk ke negara ini selama 4 hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun