Mohon tunggu...
Elia Kurniati
Elia Kurniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / pelajar

Saya menyukai dunia anak-anak dan menyukai bidang pendidikan. Dengan mempelajari banyaj ilmu pengetahuan saya mendapatkan pengetahuan yang baru dan wawasanyang berhasrga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

15 November 2022   12:29 Diperbarui: 15 November 2022   12:44 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

 

Menurut KH Dewantara,Pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran  merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan secara lahir dan batin. Pendidikan adalah proses memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai orang tua atau sebagai anggota masyarakat. Trilogi Pendidikan yang diusung oleh KH Dewantara yakni: Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi contoh, Ing madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani, (di belakang memberikan dorongan). Tujuan pendidikan yaitu "Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya bagi sebagai manusia atau sebagai anggota masyarakat".

Peserta didik adalah anak didik yang harus kita didik dengan keteladanan, keterampilan serta pengetahuan yang sesuai dengan kompeensi-kompetensi yang berlaku saat ini. KH Dewantara berpendapat bahwa perkembangan anak didik mulai dari lahir hinga dewasa dibagi atas fase-fase sebagai berikut: (1) Jaman Wiraga (0-8 th) merupakan periode yang amat penting bagi perkembangan badan dan pandca indra. (2) Jaman Wicipta (8-16 th) merupakan masa perkembangan untuk daya-daya jiwa terutama pikiran anak, dan (3) Jaman wirama (16-24 th): masa untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana anak mengambil bagian sesuai dengan cita-cita hidupnya. Usia peserta didik di sekolah dasar ada pada masa usia emas. Sehingga memerlukan peran dari pendidik dalam bertumbuh dan berkemabangnya peserta didik yang selaras dengan tujuan pendidikan.

Adapun setelah mempelajari topic ini saya mendapatkan pengetahuan yang berharga bahwa peserta didik adalah anak didik yang memiliki kodrat alam yang selalu ingin merdeka sejak dari kandungan, ia menangis jika merasa kehausan hingga jiwa merdeka saat ia dewasa. Setiap anak memiliki kodratnya masing-masing yang sudah digariskan walaupun masih samar maka tugas kita sebagai seorang guru adalah membimbing, menuntun dan menjadi instruktur agar peserta didik kita merdeka sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Selain itu, yang terpenting dalam pendidikan kita adalah memberikan pendidikan akhlak atau budi perkerti. 

Peran orang tua ketika di rumah, peran guru ketika di sekolah serta peran masyarakat ketika di lingkungan sekitarnya sangat penting untuk mendidik dan dijadikan teladan atau panutan dalam melakukan sikap-sikap terpuji sehingga peserta didik memiliki sikap beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bergotong-royong, bernalar kritis, kreatif dan berkebhinekaan global yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Pendidikan yang kita berikan harus sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya. Saat ini setiap anak harus memiliki keterampilan abad 21 yang meliputi creativity thingking, critical thingking, communication dan collaboration. Peserta didik harus kreatif, mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkolaborasi dengan baik.

Pendidikan bukanlah pabrik yang mencetak anal-anak kita agar sesuai dengan kebutuhan pasar yang cocok dijual, yang tidak sesuai dnegan dibuang. Pendidikan bukan pula pekerjaan pematung yang memahat sebuah batu menjadi patung yang diinginkan. Anak atau peserta didik bukan bahan baku indusrti. Anak kita juga bukan batu yang bisa dibentuk sesuai hati. Analogi yang tepat untuk pendidikan adalah seperti taman. Jika diibaratkan anak adalah benih, orang tua adalah perawat taman kehidupan. Pendidikan adalah proses merawat taman kehidupan agar bisa bertumbuh dengan baik sesuai dengan kodratnya masing-masing. Orang tua tak mengetahui benih apa yang dititipkan Tuhan kepadanya. Itulah sebabnya, penting bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan yang subur untuk pertumbuhan benih, yang memastikan benih itu aman dan bisa berkembang baik.

Penting pula bagi orang tua untuk berusaha mengenali jenis benih apa yang dititipkan Tuhan kepadanya karena setiap jenis tanaman berbeda, baik dalam proses bertumbuh maupun dalam caranya untuk menjadi manfaat kehidupan. Ada yang menjadi manfaat melalaui bunga seperti mawar. Ada yang bermanfaat melalui buah seperti mangga. Ada juga yang bermanfaat melalui batangnya seperti pohon jati. Mawar tidak bisa diubah menajdi manga. Pohon jati tidak bisa  dipaksa berubah seperti durian. Seperti nasihat Ki Hadjadr Dewantara. "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.: Oleh karenanya, penting bagi orang tua utnuk terus belaajr merawat taman kehidupan di keluarga masing-masing. Guru dan orang tua tidak bisa merubah kodrat anak, yang bisa ia lakukan hanya memupuk dan merawat kodrat itu agar berkembang menjadi keluarbiasaan diri yang unik dan bermanfaat.

Ketika pembelajaran di kelas, peserta didik sering tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka lebish asik dengan bermain dan bercanda bersama teman-temannya. Sebagai seorang guru harus memahami bahwa bermain adalah kodrat anak. Guru harus menggunakan metode atau model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar sesuai dengan kodrat anak. Dengan bermain peserta didik dapat mengolah cipta dan rasa peserta didik sehingga menjadi sebuah karya dan budi pekerti. 

Peserta didik yang terpenuhi kodratnya akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang baik atau berahlak baik. Salah satu upaya sebagai bentuk refleksi pemikiran KH Dewantara di kelas yakni saya akan berusaha membuat rencana-rencana sebaik mungkin. Mendesain dan melaksanakan pemebalajaran yang menyenangkan, menarik dan berpusat pada peserta didik (student centered). Dalam hal ini saya menggunkan pendekatan atau model pembelajaran sesuai dengan abad 21 yang mendukung HOTS, yang melibatkan perserta didik dalam proses pembelajaraan. Selain itu pembinaan dan pembiasaan pendidikan budi pekerti, baik di sekolah maupun di rumah harus lebih ditingkatkan dan dikontrol oleh semua pihak. Dalam hal ini peran guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam pengawasan dan menajdi panutan atau teladan bagi peserta didik agar menjadi pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun