Berita tentang sepak terjang partai bersih untuk membela dirinya di depan public akhir-akhir ini membuat rasa mual dan membosankan. Sebetulnya semula partai ini merupakan salah satu dari beberapa partai yang penulis kagumi, namun penulis rasa makin hari makin memualkan saja ketika partai tersebut terus berusaha mencuci namanya karena terkait dengan kasus Kang Pathonah.
Membela diri adalah hal biasa dan manusiawi apalagi kalau yang bersangkutan merasa “ora mangan nangko nanging kok keno pulute”. Dan kalau dipikir-pikir kok ternyata nggak lebih baik daripada partai biru yang sama-sama tersandung kasus korupsi. Sebenarnya dari sisi tersangka dan kerugian Negara lebih besar partai biru dan sangat wajar kalau mereka lebih ngotot membela diri (baca menutupi) daripada si partai bersih ini. Namun hal ini berbeda dengan kasus yang diduga melibatkan partai bersih, yang dari sisi kerugian Negara yang disangkakan tidaklah seberapa ( baca mungkin yang baru ketahuan) dan jumlah tersangka yang relative tidak banyak, namun justru manuver politiknya untuk mencounter berita ini malah lebih heboh dan membuat perasaan jadi nggak enak akibat terlalu over dosis.
Coba saja renungkan dari jurus tebar informasi adanya operasi intelijen yang mengarah kepada konspirasi penjatuhan partai oleh zionis, yang di kemudian hari fitnah ini dicabut karena dianggap sulit pembuktian dan kontraproduktif bagi partai, selanjutnya ada pengaburan arti kader atau simpatisan separtai bagi Kang Pathonah yang khusus dalam hal informasi ini penulis pun juga menjadi bingung terhadap status Kang Pathonah. Namun penulis hanya berkesimpulan berdasarkan kabar yang beredar bahwa memang benar Kang Pathonah bukan pengurus structural bagi partai bersih tersebut. Kang Pathonah hanyalah pengurus non structural yang artinya suka ngurus-ngurus partai tapi tidak menjabat di structural. Dalam hal ini mungkin partai bersih mau bermain cantik dengan jalan menggunakan jokiatau pihak ketiga atau makelar atau apalah namanya untuk sekedar membantu mendorong jalannya partai dengan risiko minimal jika ketahuan ada yang bersalah.
Dan yang lebih heboh lagi di ujung keputusasaan (menurut kacamata penulis) partai bersih ini mencoba membangun opini perlawanan terhadap KPK. Baik dengan jalan pengaduan KPK ke Mabes Polri, maupun berusaha ” mengapresiasi” kedatangan juru sita KPK di markas partai. Penulis melihatnya tindakan ini sudah over dosis walaupun penulis juga masih mencoba memaklumi dengan alasan-alasan pembenarannya yang terlalu kentara dipaksa diberikan kepada public. (baca juga Pengkuh Budhya Prawira)
Kelihatannya pula dari kaca mata penulis partai bersih ini makin over dosis ketika mencoba melawan dengan memberikan citra kalau partai yang bersih saja bisa kotor berarti lembaga KPK pun juga bisa salah dan inipun kelihatannya belum puas kalau hanya melawan KPK, maka alkisah PPATK pun dicoba dilawannya sekaligus. (baca juga Daniel HT).
Dengan melaporkan KPK ke Polisi, yang katanya hanya untuk pendidikan kepada rakyat kalau Negara itu bisa salah dengan demikian pula apalagi kalau hanya sekedar partai bersih pasti bisa kotor, karena isinya masih manusia-manusia juga dan bukan berisi malaikat. Di samping itu mungkin sambil mencari "semangat" dari Polisi yang dulu pernah juga”diubeg-ubeg” jendralnya oleh KPK pada kasus simulator. Walaupun dalam hal ini penulis masih berharap Polisi masih bisa berpikir jernih untuk tetap netral dan tidak ikut pusaran badai di partai bersih ini.
Bagaimanapun dengan rasa mual penulis masih mencoba memahami sikap para petinggi partai bersih ini dengan membangun berbagai opini yang makin lama malah semakin mengharukan. Di sudut hati kecil penulis selalu bertanya kenapa kok gak pada sabaran menunggu pembuktian di peradilan nanti, bukankah itu lebih enak kalau tidak mau dibilang ksatria. Dan kalau memang di dalam partai ada yang kotor justru ini momentum pembersihan sebelum menjelang ramadhan, dan bukankah kemarin partai sudah memulai melakukan dengan taubatan nasional.
Di sisi lain penulis pun maklum terhadap sikap para aktivis partai ini yang didominasi para darah muda yang loyalis dan cenderung sulit dibedakan oleh penulis dengan taklid. Jiwa muda dan semangat yang berapi-api untuk mengamankan citra partai bersih ini, menurut penulis masih bisa dikatakan terhitung wajar terhadap sepak terjang mereka, walaupun kadang sebetulnya dihitung-hitung malah menjadi kontraproduktif terhadap citra partai itu sendiri.
Namun syukurlah berita-berita seputar Kang Pathonah yang sudah membosankan, dalam beberapa hari terakhir ini tertutupi oleh berita sepak terjang geng motor yang sedang trend untuk dicermati. Secara tidak langsung Kang Pathonah tertolong dengan datangya berita baru ini. Begitu pula partai bersih pun tidak terlalu membuang energy untuk menepis isu-isu miring yang tidak benar yang terus terlontar dari masyarakat dan sambil berharap semoga saja masyarakat menjadi lupa seperti biasanya.
Penulis berharap semoga saja badai di partai bersih ini cepat berlalu seperti kasus partai-partai yang lain, sehingga segera dapat secara bersama-sama membangun negeri yang kita cintai ini. Biarlah penyelesaian kasus ada di peradilan dan hal ini merupakan cara yang paling elegant, tentu saja juga dapat meminimalisir timbulnya gejolak massa berhadapan dengan massa, karena pasti akan menimbulkan ongkos mahal serta citra yang jelek bagi demokrasi di Indonesia. Ngono yo ngono ning ojo ngono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H