Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Belajar dengan Cara Membacakan Buku untuk Dokter

31 Juli 2020   08:12 Diperbarui: 31 Juli 2020   11:31 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenyataannya memang begitu. Setiap pagi, Dokter sepuh itu---sambil bertukar baju kerja selalu menyempatkan diri bertanya kepada saya, "Sudah sampai mana buku Atul Gawande yang kamu baca hari ini?"

Saya pun antusias menjawab, "Sudah sampai bab Peran Dokter dalam Hukuman Mati, Dokter."

Selanjutnya sembari menunggu pasien datang, beliau---Dokter, meminta saya membaca ulang buku tebal bersampul putih bertajuk Better : Sebuah Catatan Tentang Kinerja Seorang Dokter. Sebuah buku best seller yang ditulis oleh Atul Gawande, seorang dokter ahli bedah yang lahir di Brooklyn, New York, berketurunan India.

Begitulah. Saya pun gegas menarik kursi berbentuk bulat yang biasa saya gunakan untuk memeriksa tekanan darah pasien, tepat di hadapan Dokter. Sedang Dokter sendiri duduk di kursi putar kebesarannya. Kedua sikunya bersedeku di atas meja, siap mendengarkan saya membaca.

Sebentar kemudian saya sudah tenggelam dalam keasyikan membacakan buku untuk Dokter. Selayak seorang pencerita profesional, saya berusaha menyuguhkan bacaan dengan intonasi dan lafal yang baik. Sesekali saya sengaja berjeda, bertanya kepada Dokter ketika menemukan istilah medis yang kurang saya pahami. 

Dokter pun merespon pertanyaan saya dengan memberi penjelasan panjang lebar. Sampai saya benar-benar paham dan mengerti.
Dan kami baru menyudahi kegiatan reading and listening ini manakala pasien yang kami tunggu sudah datang.

Sumber: bacaan-indo.blogspot.com
Sumber: bacaan-indo.blogspot.com
Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar

Usia saya terbilang sudah tidak muda lagi. Tapi saya patut bersyukur masih diberi kesempatan untuk terus belajar meski dengan cara yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya.

Ya. Hidup saya memang kadang seperti fiksi. Selalu dipenuhi oleh beragam kejutan. Barangkali kejutan-kejutan itulah yang membuat saya punya banyak kisah untuk ditulis dan diceritakan.

Salah satu kejutan yang membuat saya speechless adalah; ketika mendadak saya didapuk menjadi asisten dokter alias perawat.

Menjadi perawat? Sungguh, tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak saya. Bagaimana mungkin menjadi seorang perawat wong saya sama sekali tidak punya basic atau bersentuhan dengan bangku sekolah keperawatan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun